Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah bertekad untuk menghentikan ekspor nikel mentah serta mulai mengolah biji nikel menjadi bahan baku baja-baja khusus yang selama ini masih diimpor dari Jepang dan Korea.
"Kita berharap ke depan ada yang mengolah lebih lanjut karena nikel merupakan bagian dari bahan baku untuk menghasilkan baja khusus yang kita ingin dorong untuk tumbuh di Indonesia," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian Anshari Bukhori, di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, Indonesia memiliki cadangan nikel mencapai 3,2 miliar ton atau lima persen dari cadangan nikel seluruh dunia.
Selama ini nikel diolah oleh dua perusahaan di Indonesia yaitu PT Aneka Tambang yang mengolah nikel menjadi fero nikel dan PT Inco yang menghasilkan olahan awal biji nikel menjadi bahan baku untuk pengolahan nikel selanjutnya.
"Produk-produk olahan awal nikel itu kemudian 70 persennya diekspor," katanya.
Padahal selama ini Indonesia masih mengimpor seperti dari Jepang dan Korea baja-baja khusus yang pengolahannya menggunakan nikel misalnya bahan-bahan untuk kepentingan industri otomotif.
Secara keseluruhan impor nikel terklasifikasi dalam data impor baja lainnya (termasuk nikel dan produk lain) yang tiap tahun rata-rata mencapai 500 juta dolar AS.
"Kita upayakan untuk tidak akan lagi mengekspor nikel dalam bentuk yang sangat mentah seperti selama ini," katanya.
Menurut dia, selama ini Indonesia mengalami kendala teknologi dalam pengembangan nikel dan masih belum adanya minat untuk mengolah nikel menjadi produk olahan siap pakai.
"Kita benar-benar berharap nikel dapat diolah di dalam negeri agar ada nilai tambah dan jangan terus-menerus kita menjual bahan mentah sebab nikel ini prospeknya bagus dan pasarnya juga bagus," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008