Gajah jinak bernama Rahman dan Indro akan bertugas menghalau enam ekor gajah sumatra liar yang masuk ke perkebunan warga di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
"Rahman diperkirakan berumur sekitar 35 sampai dengan 40 tahun dengan berat kurang lebih 4 ton, sedangkan Indro berumur sekitar 30 s.d. 35 tahun dengan berat 3,5 ton. Keduanya berjenis kelamin jantan,” kata Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau Dian Indriati di Pekanbaru, Rabu.
Tim Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan WWF mengerahkan pasukan gajah jinak untuk menghalau kawanan gajah sumatra liar yang masuk ke perkebunan milik warga di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). Tim mendeteksi setidaknya ada enam ekor satwa bongsor yang berkeliaran di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Peranap dan Kelayang.
Gajah liar tersebut berasal dari kantong gajah Tesso Nilo.
“Terakhir magrib kemarin terpantau di kebun warga, belakang rumah makan, masuk wilayah Peranap gajah sedang bermain ada 4 ekor, sedangkan di Kelayang ada 2 ekor dari kelompok yang sama, yaitu dari kantong Tesso Nilo,” ujarnya.
Rahman dan Indro merupakan bagian dari pasukan gajah “Elephant Flying Squad” yang dibina oleh WWF dan BBKSDA Riau di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
Keduanya kini sudah tiba di Peranap dan akan melaksanakan operasi penghalauan pada hari Kamis (13/6).
Dian mengatakan bahwa masyarakat setempat terlihat antusias menyambut dua gajah binaan yang akan melakukan penggiringan gajah liar itu. Gajah jinak tersebut terlihat memiliki gading yang besar dan panjang.
“Rahman dan Indro terlihat sehat dan gagah, semoga lancar untuk melaksanan tugas penghalauan besok,” katanya.
Skenario penggiringan adalah dengan mengarahkan kawanan gajah liar masuk ke area kantong gajah Tesso Nilo yang berjarak sekitar 15 kilometer dari tempat sekarang.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019