Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati di Jakarta, Rabu mengatakan, luas kawasan yang dimiliki Natuna memang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai geopark nasional.
“Letaknya terbentang dari bagian selatan hingga ke utara, dan menutupi hampir separuh sisi timur Pulau Bunguran. Batuan granit di dalamnya menjadi daya tarik utama dari situs Geopark Natuna ini,” katanya.
Sebanyak 32 yachter (peserta) mancanegara yang ambil bagian dalam Sail to Natuna 2019 diajak untuk menikmati keindahan beberapa objek wisata yang dikunjungi, antara lain Batu Sindu, Pulau Senua, Masjid Agung Natuna, dan Alif Stone Park.
“Konon, usia batuan granit tersebut sudah mencapai ratusan juta tahun. Sangat menarik untuk diteliti, setidaknya ada 8 geoside yang masuk dalam Geopark Natuna yaitu Pulau Akar, Batu Asah, Gunung Ranai, Pantai Gua, Kamak, Pulau Senua, Pulau Stanau, Senubing, dan Tanjung Datuk. Ini potensi wisata yang luar biasa,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Natuna Hardiansyah, menambahkan sertifikat penetapan atas status tersebut telah diterbitkan oleh Komite Nasional Geopark Indonesia di Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akhir November 2018.
Ia berharap, masuknya Natuna dalam jajaran Geopark Nasional menjadi nilai tambah bagi pariwisata lokal di wilayah itu dan sekitarnya.
"Ini menjadi kebanggaan kita bersama, umumnya masyarakat Kepulauan Riau. Karenanya, kita harus menyatukan persepsi agar status Geopark Nasional meningkat menjadi Geopark Dunia. Kita juga perlu melibatkan masyarakat, agar status ini berimbas pada peningkatan kesejahteraan warga,” katanya.
Kawasan Geopark Nasional ini semakin memantapkan posisi Kepulauan Riau sebagai salah satu destinasi wisata. Keberadaannya dapat menimbulkan efek domino positif yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019