"(Regenerasi) Tergantung selera hati teman-teman di PDIP," kata Adi kepada ANTARA di Jakarta, Minggu.
Dia memandang, di satu sisi, dalam Kongres mungkin saja fungsionaris PDIP tetap akan mendaulat Megawati melanjutkan kepemimpinan sebagai ketua umum, karena putri Bung Karno itu merupakan simbol ideologis PDIP.
"Di bawah Megawati PDIP bisa bertahan signifikan dalam habitus yang berbeda, baik sebaik oposisi maupun sebagai penguasa, sama kuatnya," kata dia.
Di sisi lain dia mengatakan peluang regenerasi juga terbuka. Dan apabila kader dan fungsionaris PDIP serta Megawati menghendaki adanya penerus, maka nama yang paling kuat menggantikan Mega menurutnya adalah putri Megawati, Puan Maharani.
"Nama Puan Maharani dianggap paling representatif karena mewarisi dua hal penting. Yakni, sebagai anak biologis dan ideologis Megawati untuk melanjutkan trah Soekarno," ujar dia.
Apalagi, kata dia, Puan saat ini digadang sebagai kandidat kuat Ketua DPR periode 2019-2020.
"Suka tak suka, PDIP itu adalah partai yang lekat dengan trah Soekarno dan tradisi Marhaen," jelasnya
Sementara di luar nama Puan, juga ada nama kader andalan PDIP yakni Presiden Jokowi. Dalam banyak hal, kata dia, potret politik Jokowi mempersonifikasikan sikap politik kerakyatan sesuai nafas dan ideologi PDIP.
"Tapi problemnya Jokowi bukan trah biologis Soekarno," jelas dosen UIN Syarif Hidayatullah itu.
Dia menilai putra Megawati, Prananda Prabowo juga berpeluang menggantikan Megawati sebagai Ketua Umum. Tetapi jika disandingkan dengan nama Puan, menurutnya nama Puan lebih santer dikaitkan dengan regenerasi tersebut.
Sebelumnya PDIP mengumumkan adanya percepatan Kongres V PDIP di Bali yang sedianya dihelat 2020 menjadi dilaksanakan Agustus tahun ini.
Sebelum penyelenggaraan kongres itu, PDIP akan terlebih dulu menggelar Rakernas IV di Jakarta.
Undangan rakernas diteken Ketua DPP PDIP Prananda Prabowo dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019