Pemerintah Indonesia menyelenggarakan pelatihan untuk penyuluh atau "Training for Trainer" (TOT) bagi 19 peserta dari tujuh negara anggota Kerja Sama "The Colombo Plan" tentang pertanian responsif atau responsive farming untuk meningkatkan produktivitas di tengah perubahan iklim."Kita mengetahui perubahan iklim telah menjadi isu utama yang menjadi masalah kita semua, sehingga kita perlu bekerja sama dengan semua negara, termasuk Indonesia, untuk menghadapi masalah tersebut," kata Sekretaris Jenderal The Colombo Plan Phan Kie
"Kita mengetahui perubahan iklim telah menjadi isu utama yang menjadi masalah kita semua, sehingga kita perlu bekerja sama dengan semua negara, termasuk Indonesia, untuk menghadapi masalah tersebut," kata Sekretaris Jenderal The Colombo Plan Phan Kieu Thu di Jakarta, Senin.
Termasuk Indonesia, ke-19 peserta tersebut berasal dari Bangladesh, Laos, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, dan Sri Lanka.
Pelatihan bagi para calon penyuluh mitigasi perubahan iklim terhadap pertanian itu diselenggarakan pemerintah Indonesia dengan Kementerian Sekretariat Negara sebagai koordinator, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Kementerian Luar Negeri.
Menurut Phan, melalui pelatihan tersebut diharapkan para petani di negara-negara anggota Colombo Plan dapat memperhitungkan perubahan iklim dengan tanaman yang cocok sesuai musim.
"Para peserta yang merupakan calon penyuluh akan belajar dalam kursus ini yang hasilnya, diharapkan mereka akan menyebarkan informasi yang mereka dapatkan kepada para petani di wilayah masing-masing," kata dia.
Kursus TOT yang dikemas dalam bentuk "Climate Field School" (CFS) dirancang sebagai pertanian yang responsif atau responsive farming dengan membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pengaruh perubahan iklim terhadap semua kegiatan pertanian.
Kegiatan CFS akan diselenggarakan di Jakarta dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG di Bogor, Jawa Barat, 17-23 Juni 2019.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019