"Film berjudul 'Rumah Merah Putih' ini menceritakan kehidupan anak-anak di Nusa Tenggara Timur yang memiliki kecintaan sangat besar pada Indonesia," ujar Sutradara dan Produser Film Rumah Merah Putih, Ari Sihasale dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan ide penggarapan kisah Rumah Merah Putih telah muncul sejak lima tahun lalu, yakni cinta dan nasionalisme masyarakat perbatasan yang tidak pernah berubah.
"Cinta Indonesia menjadi pesan utama kepada seluruh masyarakat Indonesia. Terutama sekarang ini, setelah Pilpres dan lain-lain," katanya.
Ia berharap melalui film ini masyarakat dapat lebih mencintai Indonesia meski berbeda-beda asal daerahnya, namun tetap Indonesia.
"Ingin sampaikan rasa cinta tanah air jangan sampai hilang. Dalam keadaan apapun jangan putus persaudaraan dan hidup dalam bingkai Merah Putih," ucapnya.
Ari Sihasale mengatakan film Rumah Merah Putih akan menjadi awal "trilogi perbatasan" yang nantinya juga akan membahas kehidupan perbatasan di Papua dan Kalimantan.
Eksekutif Produser film Rumah Merah Putih, Nia Sihasale Zulkarnaen mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menayangkan film Rumah Merah Putih.
"Film Alenia dibuat untuk semua umur. Paling cocok kalau ditayangkan selama liburan. Dari bulan Agustus 2018 sudah mempersiapkan produksi dengan cerita yang sebetulnya sudah kami punya sejak empat tahun lalu," ujarnya.
Film Rumah Merah Putih siap tayang pada 20 Juni 2019, menampilkan anak-anak asli Nusa Tenggara Timur, dua di antaranya adalah Petrick Rumlaklak dan Amori De Purivicacao. Bintang lainnya adalah Pevita Pearce, Yama Carlos, Shafira Umm, Abdurrahman Arif, dan pendatang baru Dicky Tatipikalawan.
Sinopsis
Film Rumah Merah Putih berkisah tentang Farel Amaral yang diperankan oleh Petrick Rumlaklak dan Oscar Lopez (Amori De Purivicacao) tinggal di perbatasan NTT Timor Leste. Meskipun hidup dengan kesederhanaan, rasa cinta mereka terhadap tanah air sangatlah dalam.
Kisah berawal dari satu minggu menjelang Perayaan 17 Agustus ketika empat sekawan Farel dan Oscar akan mengikuti lomba panjat pinang yang meriah.
Namun bukannya bersatu mereka berdebat hadiah mana yang harus diambil duluan. Mereka gagal dan kemudian menyalahkan satu sama lain.
Masalah makin rumit ketika dua kaleng cat merah putih milik Farel hilang entah kemana.
Takut dimarahi ayahnya, Farel, Oscar dan teman-temannya berupaya mengumpulkan uang untuk membeli cat pengganti yang hilang.
Namun tidak cukup itu saja masalah mereka, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa persediaan cat merah putih sudah habis karena perayaan 17 Agustus sudah semakin dekat. Perjalanan Farel, Oscar dan teman-temannya untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus menjadi cerita utama film.
Baca juga: Ari Sihasale ungkap alasan syuting film "Rumah Merah Putih" di NTT
Baca juga: Film "Rumah Merah Putih" tayang perdana di Kota Kupang
Baca juga: Sebelum berpetualang, Pevita Pearce juga sesuaikan budget
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019