Kurs dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya hampir tidak berubah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), melayang di dekat tertinggi dua minggu karena investor mempertimbangkan kembali bagaimana kemungkinan sikap dovish Federal Reserve (Fed) pada pertemuan kebijakan minggu ini.Tidak akan mengejutkan kami melihat sedikit volatilitas memasuki pertemuan ini
Pasar mata uang yang lebih luas sepi, karena para pedagang ragu untuk mengambil posisi besar sebelum pertemuan dua hari The Fed, pertemuan pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) di Portugal, dan keputusan suku bunga Bank Sentral Inggris (BoE) pada Kamis (20/6/2019).
"Tidak akan mengejutkan kami melihat sedikit volatilitas memasuki pertemuan ini, tetapi pada akhirnya Anda akan melihat orang-orang mengambil lebih banyak pendekatan menunggu dan melihat," kata Manajer Portofolio Manulife Asset Management Charles Tomes.
Ekspektasi penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed 18-19 Juni telah jatuh ke probabilitas 20,8 persen, menurut alat FedWatch CME Group. Tetapi taruhan untuk pelonggaran moneter pada pertemuan Juli tetap tinggi, dengan pasar memperhitungkan peluang 67,9 persen untuk pemotongan 25 basis poin.
Pertumbuhan lapangan kerja yang lambat pada Mei, komentar dovish dari anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), dan data inflasi yang lemah minggu lalu, mendorong peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga.
"Mungkin dijamin bahwa Anda perlu sedikit pemotongan suku bunga. Kami pikir pendulum telah berayun agak terlalu jauh, terlalu cepat dalam jangka pendek di mana pasar telah maju dengan sendirinya dalam mengkalkulasi pemotongan (suku bunga)," kata Tomes.
Indeks dolar AS mencapai tertinggi dua minggu di 97,603 pada Senin (17/6/2019) tetapi terakhir datar di 97,573. Euro 0,07 persen lebih tinggi pada 1,122 dolar AS karena investor menunggu pidato para pembuat kebijakan pada pertemuan Bank Sentral Eropa di Sintra, Portugal, dan data inflasi zona euro pada Selasa waktu setempat.
Terhadap yen, dolar AS sedikit lebih kuat, terakhir naik 0,06 persen menjadi 108,62.
Sterling merosot serendah 1,254 dolar AS, terlemah sejak Januari, menuju tingkat terendah 2019. Investor khawatir Boris Johnson, calon terkuat untuk menggantikan Perdana Menteri Theresa May, dapat menempatkan Inggris di jalur menuju Brexit yang tanpa kesepakatan.
Bank sentral Inggris, Bank of England, pada Kamis (20/6/2019) akan mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter. Meskipun Kepala Ekonom BoE Andy Haldane mengatakan bank sentral mendekati waktu bagi Inggris untuk menaikkan suku bunga, tidak ada perubahan besar yang diharapkan sampai negosiasi Brexit selesai, kata Stephen Gallo, Kepala Strategi Valuta Asing Eropa di BMO Capital Markets.
"Kami memperkirakan (Komite Kebijakan Moneter) untuk mempertahankan bias pengetatan ke tingkat tertentu, meskipun kami tidak akan mengesampingkan beberapa penyesuaian moderat untuk mengakui latar belakang global yang memburuk dan kondisi ekonomi yang lemah di zona euro." Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Rupiah loyo di tengah perang dagang yang tak kunjung usai
Baca juga: Bursa saham Spanyol rontok, Indeks IBEX-35 ditutup turun 62,50 poin
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019