"Ya, mesti bergeser ini skema penyediaan angkutannya. Harusnya menujunya ke transportasi massal. Akan tetapi, ini masih angkutan perorangan jadinya. Pakai motor gitu," kata Masdes Arroufy di Jakarta, Selasa.
Adanya transportasi daring, menurut dia, disebabkan transportasi umum yang ada di DKI Jakarta saat ini masih belum optimal memenuhi harapan warga.
"Dari kepentingan masyarakat 'kan, misalnya saya ingin bergerak dari titik ini ke sana. Yang paling cepat, efektif, praktis dan paling murah pakai apa 'kan gitu," ujar dia.
Ia menyebutkan empat karakteristik ini masih belum dijawab pemerintah dengan optimal hingga dimanfaatkan pihak-pihak swasta untuk menyediakan layanan baru, seperti ojek dan taksi daring.
"Ini masa transisi, ya, pada faktanya pemerintah masih belum siap 100 persen memenuhinya. Saya melihat tidak ada salahnya, kemudian momentum itu dimanfaatkan pihak lain menjawab soal tersebut," katanya.
Menyambut hari ulang tahun DKI Jakarta, Masdes mengatakan bahwa pemprov setempat terus berupaya mengembangkan transportasi umum agar memenuhi harapan warga DKI Jakarta.
"Sekarang ini, pemerintah ingin semaksimal mungkin menyediakan angkutan umum yang punya empat karakteristik tadi, yakni cepat, ada kepastian waktu sampainya, praktis, dan murah. Namun, ini masih dalam proses," ujarnya.
Baca juga: Organda pantau efek kenaikan tarif transportasi daring di Jakarta
Baca juga: Transjakarta akan tambah lima rute baru tiap bulan
Baca juga: KRL Jakarta Kota-Bekasi sesuaikan jadwal karena pengoperasian DDT
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019