Warga Kediri buat sabun berbahan baku madu

18 Juni 2019 19:01 WIB
Warga Kediri buat sabun berbahan baku madu
Pemilik usaha sabun madu, Novitarini memroses pembuatan sabun madu di rumahnya, Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selasa (18/6/2019). ANTARA/Asmaul Chusna/aa
Novitarini (35), warga Desa Tugurejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berhasil membuat produk kecantikan sabun dengan bahan baku utama dari madu, hingga kewalahan dengan pesanan.

Novita mengatakan usaha ini dimulainya sejak enam bulan lalu. Ide ini berawal dari upayanya mencari bahan alternatif dan alami, karena dirinya memiliki kulit sensitif dan tidak bisa memakai produk sembarangan.

"Ide ini berawal karena saya yang memiliki kulit sensitif yang tidak bisa memakai produk lain, seperti krim yang ada bahan kimianya. Saya tidak bisa, makanya mencari tahu bahan yang bagus," katanya ditemui di rumahnya, Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Selasa.

Ia menambahkan, setelah mencari tahu dari berbagai informasi di daring, ia akhirnya menemukan bahan alami yang dinilainya tepat yakni minyak kelapa. Ia mencari tahu formula dari minyak kelapa, alkali dan bahan lain yang ketika dicampur bisa dijadikan sabun.

"Pertama saya membuat dari susu etawa, karena memiliki kandungan yang bagus untuk kulit, bisa menutrisi kulit lebih baik lagi dari susu binatang yang lain," kata dia.

Ia mengaku, memanfaatkan jejaring sosial untuk menjual produknya. Selain itu, dengan suaminya juga berusaha mencari jaringan untuk lebih luas memasarkan produknya dan kini membuahkan hasil. Berbagai varian produk juga dibuatnya agar lebih banyak pilihan bagi konsumen.

Dirinya telah menjalin kerjasama dengan sejumlah mitra, misalnya dari daerah Sumber Podang, Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, yang merupakan pengusaha madu. Ada juga mitra dari Perkebunan Kopi Karanganyar, Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar untuk varian sabun kopi dan rencananya dengan peternak sapi perah di Desa Medowo, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri untuk varian sabun susu.

Awalnya, tambah dia, produk yang dibuat adalah susu etawa, lalu dikembangkan dari bahan baku madu, serta kopi. Untuk madu, awalnya dipilih bahan utama, yakni madu asli, diolah dengan bahan baku lainnya, dimasak hingga mengental. Bahan itu dicetak di tempat khusus, didinginkan di almari pendingin. Setelah jadi, dikeluarkan dari cetakan, ditimbang agar semua ukuran sama dan dikemas.

Novita menambahkan, sepanjang enam bulan usahanya ini berjalan, segala keperluan administrasi untuk usaha dagangnya "Etawa Jaya" sudah diurus di Pemerintah Kabupaten Kediri, sehinga sudah resmi tercatat. Bahkan, kini pesanan semakin banyak. Dalam sehari, setidaknya dirinya membuat antara 100-200 batang sabun kecantikan itu dengan berbagai varian.

Dalam satu bulan, dirinya bisa mengirim hingga 30 kilogram dengan berbagai macam varian, misalnya sabun susu etawa, madu, dan kopi. Untuk saat ini, permintaan yang paling banyak adalah sabun madu.

Terkait dengan harga, Novita mengatakan relatif terjangkau mulai Rp10 ribu. Namun, dari berbagai produk itu yang harganya relatif agak mahal adalah sabun madu, karena bahan baku yang digunakan adalah madu asli.

"Yang paling disukai sementara ini adalah sabun madu, mungkin karena merek baru dan mereka tahu manfaat madu. Pengalaman dari langganan saya, ternyata kembali order lagi, meskipun harga mahal," kata dia.

Kendati sempat kewalahan karena permintaan yang cukup besar, Novita mengatakan untuk pembuatannya masih ditangani sendiri, sedangkan yang pengemasan dibantu oleh orang lain. Ia ingin memastikan proses pembuatan serta kualitas sabun yang dibuatnya tidak berubah.

Sementara itu, ia juga mengaku pemerintah kabupaten juga mendukung usahanya ini. Bahkan, produknya juga sering diikutkan dalam bazar UMKM yang diselenggarakan pemerintah dan selalu habis.

Ia berharap, usahanya bisa semakin berkembang, sehingga bisa membuka lapangan kerja bagi warga lainnya. 

Baca juga: GoDaddy hadirkan solusi pengembangan identitas online inovatif bagi UKM di 11 negara Asia

 

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019