"Hampir semua perusahaan butuh tenaga ahli keamanan siber, tetapi SDM di Indonesia sangat kurang. Lembaga pendidikan yang menyediakan jurusan siber sekuriti juga hanya ada dua sampai tiga universitas," ujar Presiden Direktur Dimension Data, Hendra Lesmana dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, SDM keamanan siber cukup dibutuhkan untuk mengamankan data penting perusahaan yang kini mulai fokus pada platform berbasis digital.
"Peminat jurusan keamanan siber sebenarnya banyak, namun saya belum tahu kenapa universitas belum melirik bidang itu, mungkin pengajarnya masih sedikit," katanya.
Selama ini, lanjut dia, tenaga ahli keamanan siber di perusahaan relatif terbatas, dan meningkatkan kemampuannya secara otodidak.
Maka itu, lanjut dia, Dimension Data mengambil inisiatif untuk bekerja sama dengan lembaga pendidikan sebagai upaya menambah jumlah tenaga ahli di bidang keamanan siber.
"Kita kerja sama dengan berbagai macam Universitas untuk magang, kita berikan mereka pelatihan. Saat ini,negara di Asia Pasifik sangat fokus untuk mengembangkan SDM yang berhubungan dengan siber sekuriti," katanya.
Dalam kesempatan itu, Hendra Lesmana mengemukakan, rata-rata tingkat kematangan keamanan siber berada pada posisi yang mengkhawatirkan yaitu dengan skor 1,45 dari 5, dan terjadi di saat kerentanan keamanan juga melonjak ke rekor tertinggi (naik 12,5 persen dari 2017).
"Maka itu SDM keamanan siber di Indonesia harus ditingkatkan," katanya.
Baca juga: Perusahaan sektor keuangan dan pendidikan sasaran empuk cybercrime
Baca juga: Pakar: BSSN perlu mendorong pengesahan RUU Keamanan Siber jadi UU
Baca juga: Pakar: Kesadaran keamanan siber perlu ditingkatkan
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019