"Dari jumlah kunjungan tiap tahunnya, kita dapat melihat pernikahan tradisional masih diminati, khususnya oleh para milenial," kata Managing Director Parakama Organizer Tommy Yoewono di Balai Kartini Jakarta, Rabu.
Menurut dia, hal ini dikarenakan pola pikir bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, sehingga kaum muda lebih memilih untuk menyelenggarakan pernikahan secara tradisional.
Senada dengan Tommy, pemilik "Fabrin House of Betawi", Decy Widhiyati, juga memiliki pendapat yang sama, kendati dari tren busana maupun riasannya sendiri mengalami beberapa perubahan.
"Untuk busana adat Betawi, misalnya. Dulu mempelai wanita dan pria mengenakan baju berbahan beludru. Namun saat ini mulai bergeser ke bahan sutera, hingga variasi lainnya," ujar Decy.
Walau demikian, ia berpendapat meski terdapat beberapa perubahan dalam riasan dan busana, tidak masalah selama tidak mengubah pakem dari adat istiadat budaya tersebut.
"Modifikasi dari jubah dan gamis mempelai pria boleh berubah menjadi sutera atau lainnya sesuai keinginan pengantin. Yang penting bagaimana kita tidak mengubah norma adat yang sudah ada," katanya.
Baca juga: Adat Betawi jadi tema Gebyar Pernikahan Indonesia 2019
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019