"Kegiatan ini berlangsung mulai 20 hingga 22 Juni 2019. Adapun tujuanmnya mempererat kemitraan dengan media massa dan menyosialisasikan serta mengomunikasikan program dan kegiatan kami," kata Plt. Kepala BPIP Hariyono di Bekasi, Jumat.
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh pimpinan BPIP dan perwakilan media massa nasional itu, Hariyono mengingatkan kembali histori awal lahirnya Pancasila.
Bulan Juni, kata dia, adalah bulan kelahiran Pancasila. Pada tanggal 1 Juni 1945, Insinyur Soekarno selaku salah seorang anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) menjadi satu-satunya anggota yang menyampaikan pidato mengenai konsep-konsep dasar negara yang dikenal sebagai Pancasila.
"Sejak 1 Juni 1947 diperingati sebagai kelahiran Pancasila. Melalui Keputusan Presiden RI Nomor 24 tahun 2016, tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila dan Hari Nasional yang mesti diperingati oleh negara dan seluruh elemen masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Menurut dia, ketidakhadiran Pancasila di ruang publik dalam 2 dekade terakhir sejak reformasi 1998 memunculkan tantangan bagi pihaknya dalam membumikan kembali Pancasila. Tantangan yang dihadapi itu adalah mengembalikan pemahaman Pancasila.
Baca juga: BPIP-Kemendagri "MoU" pembinaan ideologi Pancasila
"Ketidakpahaman sejarah dan kedudukan Pancasila memunculkan dan mengembangkan sikap eksklusif dan intoleran di tengah masyarakat. Sikap eksklusif dan intoleran tersebut membuat kelompok-kelompok tertentu terpinggirkan dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya menimbulkan rasa ketidakpercayaan satu sama lain," jelasnya.
Selain itu, memaksimalkan pelembagaan Pancasila dan keteladanan yang belum terlaksana maksimal sebab banyak hal yang dapat diteladani dari Pancasila namun tidak terekspos karena tertutup gaduhnya politik dan berbagai kepentingan ideologi lain di luar Pancasila.
Menjawab tantangan tersebut, dia mengaku telah menyiapkan langkah-langkah dan rencana strategis melalui pembuatan Garis Besar Haluan Ideologi Pancasila (GBHIP), pembuatan peta jalan pembinaan ideologi Pancasila, serta penyusunan narasi Pancasila untuk pendidikan formal, informal, dan nonformal.
Selain itu, katanya lagi, juga kegiatan-kegiatan pengarusutamaan Pancasila melalui kegiatan kampung Pancasila, membuat narasi menanggapi isu-isu aktual, seperti pemilihan umum, antiasing, ISIS, radikalisme, intoleransi, dan eksklusivisme.
Hariyono juga telah melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Riset dan Teknologi untuk membumikan kembali Pancasila secara kontekstual di dunia pendidikan.
"Pada era milenial dewasa ini, upaya membumikan Pancasila tidak akan berhasil tanpa melibatkan peran media massa dan media sosial. Untuk itu, dukungan dan kemitraan media massa serta pegiat media sosial sangat diharapkan untuk bersama-sama membumikan Pancasila di tengah masyarakat," tandas Hariyono.
Baca juga: Presiden terima Ketua Dewan Pengarah BPIP
Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019