Kerja sama antara Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi London School of Public Relations (LSPR) Jakarta dan Universitas Northumbria, Newcastle, Inggris yang telah terjalin selama 11 tahun menghasilkan hampir 2.000 film pendek.Kerja sama LSPR Jakarta dan Universitas Northumbria dikhususkan bagi pengembangan produksi program televisi dan video, serta pascaproduksi.
“Sejak tahun 2011 LSPR dan Universitas Northumbria telah menayangkan hampir 2.000 film pendek dengan kualitas yang sangat baik karena beberapa di antaranya dinominasikan pada Festival Film Internasional Manhattan,” kata Pendiri dan Direktur LSPR Jakarta, Prita Kemal Gani pada acara penganugerahan festival film kerja sama LSPR dan Universitas Northumbria di Bekasi, Sabtu (22/6).
Kerja sama LSPR Jakarta dan Universitas Northumbria dikhususkan bagi pengembangan produksi program televisi dan video, serta pascaproduksi.
Pada tahun 2019 kedua perguruan tinggi ternama tersebut menggelar festival film bagi para mahasiswa LSPR jurusan Komunikasi Massa.
“Para mahasiswa yang mengikuti festival film tersebut telah mendapatkan serangkaian pelatihan dari para profesional yang berkaitan dengan bidang perfilman seperti pelatihan pembuatan efek khusus dan tata rias wajah, penulisan naskah film, pengambilan gambar, seni peran, dan penyutradaraan,” jelas Prita.
Baca juga: Tol Manado-Bitung borong penghargaan film pendek di China
Dia menambahkan bahwa Festival Film LSPR Jakarta-Universitas Northumbria tahun 2019 menganugrahkan 30 penghargaan bagi para mahasiswa yang berpartisipasi.
Sementara itu, Kepala Fakultas Departmen Pengembangan Internasional, Sekolah Desain Northumbria, Lee Barron, mengatakan tugasnya sebagai juri festival film tahun ini lebih berat dari waktu sebelumnya karena karya para mahasiswa LSPR semakin meningkat baik jumlah maupun kualitasnya.
“Bidang penilaian semakin luas dan lebih banyak mahasiswa yang berpartisipasi dalam festival film tahun ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa karya mahasiswa LSPR Jakarta tahun ini adalah yang terbaik yang pernah disaksikannya.
Dia menjelaskan bahwa membuat film pendek berdurasi tujuh menit tidak mudah dan penuh tantangan.
“Menceritakan kisah hidup manusia dalam waktu hanya tujuh menit adalah tantangan. Saya melihat penuturan cerita dalam film karya para mahasiswa sangat berkualitas dan kompleks,” ujar Lee.
Dia memuji karya para mahasiswa dengan mengatakan bahwa film-film pendek tersebut adalah wujud kreativitas, dedikasi dan kerja keras mereka yang sangat mengagumkan.
“Ada cerita tentang kepahlawanan yang dapat mempengaruhi para generasi muda dan masyarakat. Saya melihat para sutradara dan editor memiliki bakat yang sangat bagus, dan pengambilan gambar dari udara menghasilkan karya yang menakjubkan,” kata Lee.
Dia menambahkan, “para mahasiswa tidak pernah mengecewakan saya. Tidak ada film dengan cerita yang sama. Semua ini menunjukkan originalitas yang tinggi dan kerja keras. Bahkan di antara mereka ada yang belum pernah membuat film sama sekali. Saya kagum dan hasil mereka sungguh luar biasa,” kata Lee.
Penghargaan festival film tersebut terdiri atas 11 kategori, yakni sinematografi, efek khusus, penulis naskah, tata rias wajah dan busana, peran pendukung pria, peran utama pria, peran pendukung wanita, peran utama wanita, sutradara dan film terbaik.
Baca juga: "Kembalilah Dengan Tenang" lolos seleksi Festival Film Prancis
Pewarta: Bambang Purwanto
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019