LIPI berkomitmen mendorong terciptanya budaya iptek
Sebanyak 1.000 peserta yang terpilih dari 2.022 pendaftar dari 32 provinsi dan lebih dari 100 kabupaten/kota mengikuti Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) XVIII Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Banyuwangi, Jawa Timur, pada 24-29 Juni.
“PIRN tahun ini mengusung tema Generasi Sains Milenial Penggerak Kemandirian Ekonomi Daerah,” kata Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas yang mewakili Kepala LIPI Laksana Tri Handoko pada pembukaan PIRN XVIII di Lapangan Tenis Indoor GOR Tawang Alun, Banyuwangi, Senin.
Kegiatan pembinaan ilmiah dengan bimbingan langsung dari peneliti-peneliti LIPI yang memadukan kegiatan kelas serta penelitian lapangan yang digelar sejak 2002 ini kini melibatkan pelajar tingkat SD/sederajat hingga SMA/SMK/sederajat serta guru dari 32 provinsi di seluruh Indonesia.
Menurut dia, tema tahun ini sangat relevan untuk diterapkan oleh para peserta PIRN yang mencoba menanamkan sikap dan pola pikir ilmiah dalam kehidupan sehari-hari serta kepemimpinan pesertanya. Ada 40 peneliti dan staf LIPI bergabung untuk menyukseskan kegiatan ini.
“LIPI berkomitmen mendorong terciptanya budaya iptek generasi muda sebagai generasi sains Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memperkuat Gerakan Literasi Sains,” lanjutnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengungkapkan PIRN XVIII menjadi bagian dari 99 festival yang dijadwalkan diselenggarakan di Banyuwangi.
“Anak-anak beradu gagasan dan inovasi di sini, pandangan dan tulisan mereka pasti akan bermanfaat, terima kasih LIPI memilih Banyuwangi. Anak-anak Banyuwangi manfaatkan ini, anak daerah lain manfaatkan ajang ini untuk silaturahmi dan bertukar pikiran,” kata Anas.b
Pihaknya berharap kegiatan ini bisa memacu minat dan kemampuan remaja di bidang ilmu pengetahuan dan penelitian. Mereka juga diajak untuk meneliti sejumlah lokasi yang ada di Banyuwangi.
Selama sepekan, peserta PIRN akan mendapatkan berbagai materi seperti pengantar penelitian dan penulisan karya ilmiah, metodologi penelitian, penyusunan proposal penelitian, teknik pengolahan data, teknik penulisan karya tulis ilmiah dan pembuatan film pendek.
Khusus untuk siswa SD materi yang diberikan adalah robotika. Mereka akan diberikan materi merakit smart robot, robot battle, serta diselipi pula dengan pengetahuan terkait internet, pengenalan alat reproduksi remaja, pengelolaan limbah dan cara bijak menggunakan gawai.
Ada lima lokasi di Banyuwangi yang dijadikan sebagai obyek penelitian lapangan yakni Bangsring Underwater, Agro Wisata Tamansuruh, Pusat Kopi Gombengsari, Kampung Osing Kemrien, serta Mall Pelayanan Publik.
Lokasi ini dipilih agar tumbuh mindset bahwa riset bisa berangkat dari hal sederhana yang ada di sekitar serta bisa dilakukan secara menarik seperti di tempat wisata, katanya.
Selama melakukan kegiatan penelitian, para peserta akan diajak untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar, mengamati kondisi alam dan lingkungan sosial masyarakat, serta terlibat dalam proses pembuatan alat yang dapat mempermudah kehidupan.
Para peserta PIRN akan dibimbing langsung oleh para pakar dari LIPI. Seperti peneliti kelautan, pertanian, biologi, hingga tata kelola pemerintahan.
Siswi SMA Islam Insan Cendekia Baitul Izzah Nganjuk Shofia Nurrahma mengaku pertama kali mengikuti PIRN, harapannya mendapat trik untuk membuat karya ilmiah remaja (KIR) lebih baik yang memang menjadi salah satu syarat kelulusan.
Siswi kelas 12 bidang IPA ini memang mengaku akrab dengan aktivitas penelitian mengingat KIR menjadi salah satu ekstrakurikuler wajib di sekolahnya.
Baca juga: Kepala daerah harapkan PIRN XVIII Banyuwangi beri inspirasi
Baca juga: LIPI dorong peningkatan jumlah peneliti via PIRN
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019