"Penguatan ekspor pada sektor nonmigas perlu digenjot untuk dapat menekan selisih dengan sektor migas yang acap kali mengalami defisit. Upaya ini dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi produk terutama produk olahan dan ekstensifikasi pasar dengan memperhatikan negara-negara potensial untuk produk utama ekspor Indonesia," kata Pingkan Audrine Kosijungan di Jakarta, Senin.
Menurut Pingkan, pada saat ini ada dua hal yang membuat Indonesia terus dibayangi defisit neraca perdagangan yaitu meningkatnya nilai impor, salah satunya adalah migas, dan komoditas ekspor yang belum memiliki nilai tambah.
Terkait tingginya nilai impor migas, lanjutnya, Indonesia masih banyak mengekspor minyak mentah dan pada akhirnya harus kembali mengimpor komoditas yang sama setelah diolah ke dalam bentuk yang siap digunakan.
"Memang untuk saat ini Indonesia masih membuka keran impor yang cukup lebar untuk memenuhi kebutuhan migas domestik. Kondisi ekspor kita pada sektor migas masih kalah bersaing jika dibandingkan dengan intensitas impor," katanya.
Terlebih selama Ramadhan yang lalu, ujar dia, pemerintah membuka keran impor migas guna memastikan pasokan yang ada dapat mencukupi tingginya permintaan akan minyak dari sejumlah besar masyarakat yang melakukan mudik menggunakan jalur transportasi darat.
Selain itu, ujar dia, dinamika perekonomian global juga turut berpengaruh, serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun turut berdampak pada besaran nominal impor.
Sebelumnya, Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Tumbur Parlindungan mengatakan perlu ada perbaikan dalam regulasi rezim fiskal yang ada saat ini agar dapat menarik semakin banyak investor di sektor migas dalam negeri.
Terkait cadangan migas, berdasarkan data SKK Migas, tahun lalu cadangan minyak sebesar 226,62 Million Stock Tank Barrels (MMSTB), atau menyusut sebesar 334,05 MMSTB dibandingkan tahun 2017.
Sementara untuk gas bumi, cadangannya sebesar 3.387,81 Billion Standard Cubic Feet (BSCF) pada 2018 atau meroket dari cadangan tahun sebelumnya sebesar 578,47 BSCF.
Untuk itu, ujar dia, ke depannya, Indonesia diharapkan terus meningkatkan kualitas investasi hulu migas agar lebih banyak investor global yang datang ke Tanah Air untuk mengeksplorasi ataupun mengembangkan blok migas nasional.
"Apalagi berbekal pengalaman, bahwa kita pernah mampu menarik investor global, yakni era proyek LNG Bontang, Blok Rokan dan Blok Mahakam," paparnya.
Baca juga: Darmin: kebijakan B20 turunkan impor migas
Baca juga: BPS katakan migas penyebab turunnya kinerja ekspor Januari 2019
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019