Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatat dalam kurun waktu delapan tahun terakhir (2011-2019) jumlah penderita penyakit gagal ginjal di wilayah setempat meningkat sepuluh kali lipat.Bagi daerah yang belum punya alat cuci darah, warganya terpaksa menyeberang ke Batam atau Tanjungpinang
"Tahun 2011 penderita gagal ginjal hanya 85 orang, tahun 2019 sudah mencapai sekitar 800 orang," kata Kepala Dinkes Kepri, Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Selasa.
Tjetjep mengatakan, saat ini 800 penderita gagal ginjal itu terpaksa harus menjalani hemodialisis atau cuci darah sebanyak dua sampai tiga kali dalam sepekan di rumah sakit yang sudah memiliki peralatan cuci darah.
Dari tujuh kabupaten/kota se-Kepri, kata dia, baru Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, dan Kabupaten Karimun yang sudah memiliki alat pencuci darah.
Sementara Kabupaten Natuna, Kabupaten Anambas, dan Kabupaten Lingga sampai sejauh ini masih belum punya.
"Bagi daerah yang belum punya alat cuci darah, warganya terpaksa menyeberang ke Batam atau Tanjungpinang untuk berobat dan tentunya dengan biaya yang tidak sedikit pula," imbuhnya.
Dia menambahkan, salah satu faktor penyebab seseorang menderita gagal ginjal ialah pola hidup yang tidak sehat, yakni mengonsumsi minuman kaleng secara berlebihan.
Minuman kaleng mengandung gula dan bahan pengawet yang sangat tinggi, sehingga berdampak jangka panjang terhadap ginjal.
"Harus dikurangi karena efek sampingnya sangat tidak baik buat kesehatan ginjal kita," sebutnya.
Tjetjep memberikan tujuh tips buat masyarakat untuk menjaga supaya ginjal tetap sehat, antara lain mengatur pola makan, olahraga rutin, menjaga berat badan, menghindari konsumsi alkohol dan rokok, mengontrol tekanan darah, memgonsumsi air putih delapan gelas sehari, serta menghindari beberapa obat dan suplemen.
Baca juga: Terapi yang perlu dijalani pasien gagal ginjal
Baca juga: Seorang Ibu jual ginjal untuk biaya pengobatan anak di Tulungagung
Pewarta: Ogen
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019