Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar para pengusaha properti ikut membantu membangun hotel di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.Sekarang memang ujungnya kembali lagi, menarik tidak? Ramai tidak yang datang?
"Intinya Presiden meminta kami untuk membantu di Mandalka, untuk hotel. Jadi di sana itu hotel kurang, baru tiga (hotel) yang ada," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani di lingkungan Istana Presiden, Jakarta, Selasa.
Hariyadi bertemu Presiden Jokowi bersama sejumlah pengusaha properti lain seperti pendiri dan pemilik Mayapada Group Dato Sri Tahir, pemilik CT Corp, Managing Director Sinar Mas Group Gandi Sulistyo, CEO Sinarmas Land Ltd Muktar Widjaja, pemilik MNC Group Hary Tanoesoedibjo, pemilik grup Djarum Robert Budi Hartono, pendiri dan pimpinan Rajawali Corpora Peter Sondakh, pemilik dan pendiri Grup Mulia Eka Tjandranegara, Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M Mansoer dan sejumlah pengusaha lainnya.
Pada Mei 2019 lalu Presiden Jokowi menyampaikan rencana pembangunan sirkuit MotoGP yang akan dilangsungkan pada 2021. Sirkuit itu sendiri ditargetkan dapat selesai pada 2020.
"Nah ini, dengan adanya rencana MotoGP dan juga F1. Saya juga baru dengar itu ternyata Pak Jokowi ada pembicaaan kalau tidak salah di Osaka, dengan siapa itu, pemegang haknya F1 bahwa akan menghadirkan F1 juga di sana (Mandalika), tapi karena kekurangan hotel, mereka minta kita-kita pengusaha ini investasi hotel dan properti," kata Hariyadi.
Namun Hariyadi mengaku sejumlah hambatan untuk mengembangkan Lombok antara lain terkait dengan budaya maupun fasilitas pariwisata lainnya.
"Harus ada atraksinya, nanti ada MotoGP, F1, saya pikir bagus. Kami pemain pariwisata berpikir untuk menarik wisatawan ke sana, jadi memang harus didorong, 'kan sekarang bandara sudah dibangun di sana," ujar Hariyadi.
Periode untuk membangun selama dua tahun dari 2019-2021 menurut Hariyadi cukup asalkan dikemas dengan menarik.
"InsyaAllah sih cukup. Sekarang memang ujungnya kembali lagi, menarik tidak? Ramai tidak yang datang? Hal itu juga yang selama ini kami sebagai pemain di properti berpikir, kira-kira Mandalika ini masuk tidak ya," tambah Hariyadi.
Hal lain yang perlu dipikirkan misalnya mengenai branding pariwisata di NTB yang sebelumnya disebut sebagai wisata syariah dan wisata halal.
"Wah itu membatasi, pilihan terhadap restoran halal, hotel halal atau moslem friendly itu pasti ada, tapi tidak di- branding seperti itu jangan sampai kita membatasi potensi yang ada," ungkap Hariyadi.
Ia mengusulkan perlu ada target pengunjung yang perlu dipikirkan dalam jangka panjang.
"Contohnya, kita menyasar ke resort, kalangan pensiunan, kan orang retirement dari Jepang, umur 70-an tahun kan masih produktif sekali, seperti itu mungkin bisa digarap untuk menjaga okupansi lebih baik dan punya daya tarik yang lebih besar karena senior citizen itu pasti ditengokin sama anak cucunya," jelas Hariyadi.
Sedangkan pemilik MNC Group Hary Tanosoedibjo menyatakan bahwa Indonesia masih kekurangan turis asing. Pembangunan kawasan Mandalika, kata dia, ditargetkan dapat meningkatkan turis asing.
"Kalau kami bisa ikut berpartisipasi membangun kawasan wisata tentunya kami akan dapat mendatangkan devisa bagi negara, khususnya di Mandalika akan dibangun untuk MotoGP, perlu ada investasi hotel, bentuknya masih akan dibicarakan lebih lanjut dengan BUMN ITDC, selaku BUMN yang khusus mengembangkan kawasan di Bali dan di Mandalika," kata Hary Tanoe.
MNC sendiri, kata dia, sudah berinvestasi pariwisata di kawasan wisata di Bali. "Kami di sudah ada Bali, The Westin itu di bawah MNC group di Nusa Dua, lagi dibangun kawasan Tabanan, Tanah Lot itu Trump Development, kerja sama dengan Trump Organization ada hotel, golf, vila, kami kembangkan di Lido (Jawa Barat)," ungkap Hary.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019