Ke depan, UB Forest diharapkan dapat mandiri secara finansial, dengan pengembangan ekowisata dan pemanfaatan potensi lainnya secara komersial.
UB Forest Universitas Brawijaya Malang sebagai pengelola hutan pendidikan seluas 544,74 hektare, mendorong para mahasiswa untuk melakukan inovasi terhadap produk kopi, yang mengedepankan adanya nilai tambah tinggi.
Direktur UB Forest Universitas Brawijaya Eko Ganis Sukoharsono mengatakan bahwa, pengelolaan kawasan hutan yang memiliki tanaman kopi tersebut, ditujukan untuk laboratorium lapangan dan area observasi bagi mahasiswa serta peneliti.
"Kami bekerja sama dengan sentra inovasi, supaya kopi itu bisa dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah tinggi, oleh para mahasiswa. Kami mendorong adanya inovasi," kata Ganis kepada Antara, di Desa Sumbersari, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Selasa.
Sebagai catatan, di hutan pendidikan tersebut, area yang ditanami pohon kopi mencapai 200 hektare. Pohon-pohon kopi dengan jenis robusta dan arabika tersebut tumbuh di antara pohon-pohon pinus, tepat di lereng Gunung Arjuno.
Menurut Ganis, inovasi-inovasi yang bisa dilahirkan di hutan pendidikan tersebut diharapkan bisa ikut bersaing dalam kancah internasional. Sebagai gambaran, beberapa produk yang diharapkan muncul dari inovasi para mahasiswa tersebut adalah produk kosmetik, produk herbal, dan lainnya.
"Jika hanya untuk diseduh, barangkali itu tidak akan sulit. Unggulan kami memang kopi, tapi bukan berarti kami akan membuka kafe, akan tetapi untuk hilirisasi produk yang memiliki nilai tambah tinggi," kata Ganis.
Ganis menambahkan, dalam pengelolaan budi daya kopi tersebut, pihak UB Forest menggandeng warga yang tinggal di sekitar maupun yang ada di dalam kawasan hutan pendidikan tersebut. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan geliat perekonomian masyarakat sekitar.
Wakil Direktur UB Forest Universitas Brawijya Budi Sugiarto menambahkan, dalam pengelolaan kopi di hutan pendidikan tersebut melibatkan kurang lebih 800 petani yang merupakan warga sekitar, baik yang tinggal di luar area hutan, maupun yang di dalam kawasan.
"Satu petani diberikan lahan pengelolaan seluas 2,5 hektare. Saat ini, kami lakukan pemetaan kembali dengan menertibkan kepemilikan formal warga yang tinggal di luar area hutan," kata Budi.
Ke depannya, lanjut Budi, juga akan dilakukan pembinaan kepada para petani kopi tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terhadap pengelolaan kopi yang berkelanjutan.
Dalam pengembangan kawasan hutan pendidikan tersebut, UB Forest Universitas Brawijaya berencana untuk mengembangkan destinasi wisata berbasis ekowisata. Hal tersebut dilakukan untuk kemandirian pembiayaan pengelolaan secara mandiri.
"Ke depan, UB Forest diharapkan dapat mandiri secara finansial, dengan pengembangan ekowisata dan pemanfaatan potensi lainnya secara komersial," kata Manager Riset dan Pengembangan UB Forest Universitas Brawijaya, Asihing Kustanti.
Kaki Gunung Arjuno di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur berada pada ketinggian 900-1500 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan menjadi lokasi ideal untuk perkebunan kopi dengan varietas arabika dan robusta.
Secara kualitas, kopi yang dibudidayakan oleh UB Forest tersebut memiliki daya saing yang cukup baik dan bersaing jika dibandingkan dengan kopi yang dihasilkan dengan daerah lain di Indonesia.
Baca juga: Petani kopi Indonesia demonstrasikan seduh kopi di Norwegia
Baca juga: Instiper Yogyakarta meluncurkan Pusat Sains Kopi Nusantara
Baca juga: Menko ke Marseille untuk tingkatan ekspor Kopi
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019