Kalangan peternak ayam potong di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendesak pemerintah pusat turun ke lapangan dan segera menstabilkan harga ayam di tingkat peternak.Harga ayam tidak seimbang dengan harga pakan, dan harga Day Old Chicken (DOC). Kami berharap pemerintah dapat menstabilkan antara harga daging, harga pakan dan DOC
"Pihak yang bisa menstabilkan harga ayam di tingkat peternak hanya pemerintah pusat," kata salah seorang peternak di Dusun Kaliwilut, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Gunawan di Kulon Progo, Rabu.
Ia berharap pemerintah tidak hanya berpatokan pada harga ayam di pasaran, tapi pemerintah juga harus turun ke peternak. Harga ayam di tingkat peternak sekarang berkisar Rp8.000 hingga Rp10.000 per kilogram.
"Harga ayam tidak seimbang dengan harga pakan, dan harga Day Old Chicken (DOC). Kami berharap pemerintah dapat menstabilkan antara harga daging, harga pakan dan DOC," katanya.
Sementara itu, salah seorang peternak ayam broiler, Atik Mulyati mengatakan dirinya memiliki satu unit kandang yang berisikan 8. 000 ayam. Sekali panen jika dihitung dengan Harga Pokok Produksi (HPP) Rp18.000 berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI nomor 27/M-DAG 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang penetapan harga acuan pembelian di petani dan harga acuan penjualan di konsumen, ia memperoleh pendapatan kotor mencapai Rp126 juta yang kemudian dipotong biaya pembelian benih, produksi dan perawatan. Pendapatan ini juga tergantung berapa banyak ayam yang mati selama proses produksi.
Ia mengaku rugi karena harus mengeluarkan biaya operasional. Mulai harga pakan dari jadwal mundur panen, biaya obat-obatan, dan tenaga ternak. Saat ini, harga ayam anjlok di kisaran Rp8.000 hingga Rp10.000. Hal itu mulai dirasakannya selepas Lebaran tahun ini. Pascalebaran, harga di kisaran Rp15.000 per kg, sekarang sudah Rp8.000 hingga Rp10.000.
"Kerugian tidak terlalu besar karena sudah bekerja sama dengan PT Ummi. Lewat kerja sama itu biaya untuk membeli benih sampai operasional dibantu perusahaan tersebut. Yang paling terasa dampaknya itu para peternak mandiri," katanya.
Peternak ayam mandiri Subardi mengaku khawatir bila pemerintah tidak kunjung bertindak, usaha ternak ayam bisa bangkrut. Dampaknya tidak ada ayam potong yang dijual di pasar. Dia mengharapkan, tiap pemerintah mengadakan inspeksi mendadak, jangan hanya menyasar pasar, tapi juga ke para peternak agar mengerti kondisi sesungguhnya di lapangan.
"Harga di pasar dan peternak itu sangat jauh. Kan kasian kami. Ada yang jual ayam itu Rp30.000 sampai Rp40.000. Para pembibit ayam untung, penjual pakan untung, tengkulak untung, pasar untung, sementara kami, justru yang rugi," katanya.
Menurut Subardi, anjloknya harga ini terkait dengan melimpahnya persediaan ayam. Bahkan cenderung over produksi. Tidak adanya aturan yang jelas terkait pembatasan breeding juga menjadi faktornya.
"Dengan begitu, banyak yang sengaja mencari untung yang melimpah tanpa melihat dampak ke belakang," katanya.
Baca juga: Harga ayam jatuh, asosiasi desak pemerintah pembenahan konkret di hulu
Baca juga: Terancam bangkrut, peternak di Blitar ini obral ayam potong
Baca juga: Pemerintah diminta perbaiki harga ayam hidup
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019