• Beranda
  • Berita
  • Tantangan dan kemudahan sistem belanja O2O Blibli.com

Tantangan dan kemudahan sistem belanja O2O Blibli.com

26 Juni 2019 16:37 WIB
Tantangan dan kemudahan sistem belanja O2O Blibli.com
Toko kamera Fujishopid menyediakan pembelian secara online to offline melalui Click&Collect dan Blibli Instore dari Blibli.com. (ANTARA News/Natisha Andarningtyas)
Platform belanja online Blibli.com menilai sistem belanja online to offline atau O2O, selain menguntungkan mereka secara bisnis, juga memudahkan konsumen dalam berbelanja.

"Konsumen bisa beli secara online, kemudian langsung ambil barang di toko," kata SVP Trade Partnership Consumer Electronic Group Blibli.com, Wisnu Iskandar, saat jumpa pers peluncuran fitur Click&Collect di Jakarta, Rabu.

Blibli.com menilai konsumen saat ini cermat ketika berbelanja. Mereka akan mencari referensi melalui online, termasuk membandingkan harga, mengecek spesifikasi produk hingga mencari potongan harga.

Meski pun berbelanja secara online, konsumen tetap ingin melihat langsung barang yang ada di toko seperti belanja langsung.

Belanja O2O menawarkan kemudahan berbelanja online. Konsumen dapat memilih barang langsung dari aplikasi sambil mengecek ketersediaan, kemudian mengambilnya di toko yang dikehendaki.

Kian banyak gerai yang menawarkan belanja O2O, sehingga semakin mudah pula konsumen mencari toko yang terdekat dengan lokasi. Ketika berada di gerai, konsumen cukup menunjukkan unicode yang dikirimkan melalui email setelah membayar pesanan di platform Blibli.com

Blibli.com memberikan tenggat waktu hingga 2 jam agar toko dapat mengemas belanjaan yang dibeli konsumen lewat aplikasi. Email yang dikirimkan ke konsumen juga memuat status belanja, jika berstatus "siap diambil", pengguna bisa langsung ke toko untuk mengambil pesanan.

Baca juga: Click&Collect, strategi Blibli.com perkuat pemasaran produk

Bianda Ludwianto, salah seorang konsumen Blibli.com, menilai berbelanja online to offline menawarkan kemudahan karena dia bisa memilih barang dan mengecek ketersediaan tanpa harus mendatangi toko. Apalagi, belanja online juga memiliki nilai lebih untuk membandingkan harga produk.

Berbelanja secara O2O di platform e-commerce juga memberikannya beragam pilihan pembayaran, dengan mentransfer biaya dan tidak perlu menyiapkan uang tunai.

"Mengambil ke toko pun gampang, cukup kasih kode," kata dia.

Untuk membuktikan kemudahannya, Bianda mencoba berbelanja makanan ringan dengan metode O2O dan memilih gerai yang terdekat dari lokasinya.

Dia mengaku metode belanja itu membuatnya tidak perlu berlama-lama memilih makanan di toko dan hanya datang untuk mengambil pesanan di kasir.

Bisnis berkembang

Sementara itu, pendiri toko kamera FUJISHOPid, Samuel Ong menilai sistem belanja online to offline membantunya mengembangkan bisnis.

Bisnis barang-barang profesional dan hobi seperti kamera menuntut penjual untuk berinteraksi langsung dengan konsumennya, misalnya memberi tahu bagaimana cara merawat kamera.

"Saya juga perlu ajari konsumen bagaimana pakai kamera, menyesuaikan kebutuhan konsumen memerlukan kamera yang seperti apa," kata Samuel.

Nilai tambah lainnya menggandeng platform belanja online untuk mendukung sistem O2O, bagi Samuel, adalah banyaknya sistem pembayaran yang ditawarkan.

Samuel tidak perlu mengeluarkan investasi tambahan untuk membeli alat karena banyak pembayaran yang ditawarkan.

"Kami tidak perlu sediakan mesin EDC tambahan," kata dia.

Sementara bagi Head of Digital Business Alfamart, Viendra Primadia, bisnis O2O seperti ini selain memperluas pemasaran, juga mengharuskan mereka untuk memberikan data terkini produk-produk yang tersedia di gerai Alfamart.

Setiap gerai Alfamart belum tentu memiliki produk dan stok yang sama, untuk metode O2O dengan Blibli.com, karena selama ini mereka hanya memasukkan produk-produk yang hampir selalu dijual di setiap gerai.

Alfamart pun harus cermat untuk memilih produk-produk yang mereka masukkan ke toko, terutama untuk produk-produk kategori dewasa seperti rokok. Saat ini, fitur belanja Click&Collect di Alfamart tidak menjual rokok.

Tapi, menurut Viendra, jika menjual produk-produk seperti itu, mereka akan mengikuti aturan dari Blibli.com yang mewajibkan konsumen memberi konfirmasi usia sebelum berbelanja.

Tantangan yang harus dihadapi Blibli.com dalam sistem online to offline menurut Wisnu, adalah mengintegrasikan data yang dimiliki penjual (merchant) mitra mereka, salah satunya mengenai ketersediaan stok barang di setiap gerai.

Setiap perusahaan yang berbasis digital pun belum tentu menggunakan teknologi yang sama sehingga Blibli.com juga harus mengintegrasikan teknologi mereka dengan yang digunakan mitra.

Fitur belanja O2O ini juga mengadopsi seluruh pembayaran yang ada di Blibli.com, termasuk cicilan dengan kartu kredit.

Meski pun secara umum mirip dengan berbelanja online, fitur Click&Collect tidak menganut kebijakan retur atau pengembalian barang jika produk kurang sesuai dengan yang diinginkan.

Retur untuk metode berbelanja O2O cukup rumit, berkaitan dengan reservasi produk dan waktu serta biaya yang harus ditanggung ketika konsumen sudah membayar.

"Kami ingin buat regulasi yang enak untuk kedua belah pihak," kata Wisnu.

Tapi, jika belanja online to offline sudah jamak di publik dan terdapat kebutuhan retur barang, Blibli.com akan mengevaluasi kebijakan tersebut.

Fitur belanja O2O Click&Collect dari Blibli.com saat ini sudah ada di sekitar 3.000 gerai dari 31 mitra retail yang terdapat di kota-kota besar, yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Semarang, Bandung, Surabaya dan Bali.

Blibli.com mencatat terdapat 250.000 pesanan hingga bulan ini sejak fitur Click&Collect diperkenalkan awal tahun. Mereka menargetkan dapat mencapai 1,5 juta pesanan dan mencakup 12.000 toko hingga akhir 2019.
 

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019