“Kami belajar dari Korea Selatan sebagai negara yang sukses mentransformasi dirinya menjadi negara industrial sekaligus pusat jasa. Samsung, Hyundai, maupun LG sekarang bertransformasi menjadi merek global yang diakui,” kata Airlangga lewat keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Airlangga menyampaikan, pada triwulan I tahun 2019, sektor manufaktur Indonesia berkontribusi 22,7 persen terhadap total investasi, atau senilai 134,9 miliar dolar AS.
Kemudian di sektor lain, inisiatif pembangunan klaster industri baru di Sulawesi Tengah menjadi sangat sukses, buah dari upaya Kemenperin mendorong lebih banyak industri hilir untuk meningkatkan nilai dari mineral dasar seperti nickel ore.
Di sektor otomotif, Indonesia merupakan pemain penting. Dengan kedatangan teknologi baru seperti kendaraan listrik atau hybrid, kesempatan pada masa depan terbuka lebar.
Dengan kebijakan yang sesuai, Indonesia memiliki potensi menjadi manufacturing hub bagi global supply chain.
Untuk mengambil keuntungan ini, Indonesia mengambil beberapa langkah yang sejauh ini berhasil.
“Investasi Korea di Indonesia penting untuk mendukung kinerja Indonesia. Saya harap hubungan produktif ini dapat berlangsung hingga tahun-tahun mendatang,” imbuhnya.
Airlangga mengatakan, pada sektor bisnis dan ekonomi secara umum, Indonesia dan Korea Selatan telah membuat banyak kemajuan.
Beberapa kerja sama strategis yang sudah dilakukan meliputi joint task force untuk mempromosikan kerja sama ekonomi.
Kedua negara juga bersiap mendirikan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement di 2019 yang menargetkan perdagangan bilateral hingga 30 miliar dolar AS pada 2022.
Selanjutnya, dibentuk juga Korea-Indonesia Technology Cooperation Center untuk mempromosikan kerja sama lebih lanjut antara kedua negara dan untuk mendukung perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia di area teknologi industri, melaksanakan riset dan program pembangunan bersama, dan semacamnya.
Hasilnya, tambah Airlangga, Korea secara konsisten menjadi negara investor lima besar dalam lima tahun terakhir, dengan investasi di sektor industri baja, permesinan, karet dan plastik, kayu, kimia, dan elektronika.
Di sisi lain, terdapat penambahan impor dari Korea di beberapa tahun terakhir, dengan total 9,5 miliar dolar AS pada 2018. Produknya antara lain mineral dan bahan bakar, besi dan baja, mesin elektronik, peralatan dan komponen, permesinan, plastik, karet, dan tekstil rajutan.
"Kebijakan kami dalam memperdalam struktur industri didukung oleh perusahaan-perusahaan Korea. Saat ini kami meningkatkan kerja sama di industri stainless steel, terutama untuk Indonesia bagian timur," tutur Airlangga.
Making Indonesia 4.0 menarik industri otomotif dari Korea. Kami berharap Indonesia bisa menjadi manufacturing hub penting di Asia.
Baca juga: KIND: iklim investasi Indonesia cukup baik
Baca juga: Indonesia harapkan Korsel investasi transportasi massal perkotaan
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019