Nama Pasar Ikan Modern (PIM) Muara Baru, Jakarta Pusat, banyak terdengar akhir-akhir ini. Pasar yang baru diresmikan pada bulan Maret itu disebut-sebut menyerupai Tsukiji fish market yang ada di Tokyo, Jepang.
Pasar ikan Tsukiji yang terletak di kota Tokyo tak hanya menjadi pusat jual beli ikan saja, namun sudah menjadi salah satu destinasi wisata di Ibu Kota Jepang tersebut. Selain area pasar yang bersih, di sekitar lokas jual beli juga terdapat restoran-restoran yang menyajikan kuliner khas Negeri Sakura, seperti sushi dan sashimi.
Semua ikan-ikan yang disajikan datang dari pasar itu sendiri dan begitu segar, sehingga banyak wisatawan menyempatkan diri untuk mengunjungi pasar ikan Tsukiji.
Bukan hal yang aneh ketika Pasar Ikan Modern Muara Baru disebut-sebut sebagai Tsukiji ala Indonesia. Selain tempat jual beli ikan yang nyaman dan bersih, pasar ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya seperti food court, area parker yang luas dan mudah diakses, serta ruko-ruko yang menjual souvenir, dan fasilitas masjid.
Konsep pasar ikan yang higienis dan nyaman seperti pasar ini telah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kurang lebih tiga tahun yang lalu.
“Juli 2016 lalu saya perintahkan Bu Susi. Bu, apakah tidak bisa kita ini bangun pasar ikan modern yang bersih sebersih pasar yang kita lihat di Tokyo yakni Tsukiji? Jawabannya Bu Menteri bisa. Ya cepat kerjakan. Bangun!,” kata Jokowi saat meresmikan PIM Muara Baru pada 13 Maret lalu.
Dampak bagi penjual
Setelah beroperasi selama kurang lebih tiga bulan, suasana pasar pada Rabu (26/6) petang tampak cukup sibuk. Belum banyak kegiatan jual beli yang berlangsung pada pukul 18:00 WIB karena pasar baru mulai beroperasi pada pukul 17:00 WIB. Alih-alih, para penjual masih sibuk membongkar ikan-ikan beku dan memasukkannya ke dalam ember.
Salah satu penjual yang tengah mempersiapkan dagangannya adalah Nunu. Bersama seorang rekannya, ia tampak memisahkan ikan-ikan yang menjadi satu karena beku.
Nunu, yang telah menjalankan usaha berjualan ikan sejak tahun 2003 itu, ikut berpindah dari pasar ikan lama ke PIM Muara Baru pada Maret lalu, bersama dengan ratusan penjual lain. Dia menjual berbagai macam ikan, salah satunya ikan tenggiri.
Menurut dia, kehadiran pasar ikan yang bersih membuatnya nyaman saat berjualan. “Kalau di tempat yang lama itu kurang bagus, jorok. Sekarang lebih nyaman. Perkembanganlah,” kata Nunu saat dijumpai di lapaknya.
Permukaan lantai di pasar yang luas itu memang terbilang cukup bersih, tak ada air maupun lumpur yang menggenang. Di sepanjang jalan, terdapat saluran-saluran pembuangan air yang dipasangi penutup lubang menyerupai saringan.
Meski tak ada genangan, lantai semen polos itu tetap basah terkena air dan lelehan es dari lapak-lapak penjual, sehingga lantai tersebut cukup licin.
Hampir semua penjual yang berlalu-lalang di area tersebut menggunakan sepatu bootsberbahan karet. Para pengunjung yang hendak berbelanja ke area pasar sebaiknya menggunakan alas kaki berbahan serupa agar tidak terpeleset.
Soal kebersihan juga disinggung oleh Suhartono, seorang pedagang asal Gresik yang telah berjualan ikan di daerah Muara Baru sejak 1993. “Kebersihannya di sini lebih bagus, lebih enak jualan di sini,” katanya.
Pula baca: Anies: Jadikan pasar ikan modern sarana interaksi sosial
Pula baca: Permintaan ikan kerapu asal Kota Lhokseumawe tinggi untuk pasar ekspor
Pula baca: Perum Perindo tingkatkan pasar ekspor ikan tuna ke Jepang
Namun, menurut dia, sejak berjualan di pasar tersebut pendapatannya berkurang.
“Masalah keuntungan enak di sana (pasar lama). Jadi ya ada kelebihan ada kekurangannya juga,” katanya.
Ia menjelaskan, sebelum pindah, dalam satu malam dirinya dapat menjual sekitar satu ton ikan, sementara kini, angka tersebut turun menjadi lima hingga tujuh kwintal, atau 254-355 kilogram.
Meski demikian, dia tetap optimis penjualan akan kembali stabil seiring dengan berjalannya waktu, apalagi dengan fasilitas food courtdi atas area pasar yang dapat langsung mengolah ikan yang telah dibeli pengunjung.
Sementara itu, salah satu penjual yang khusus menyediakan kerang, Weri, berharap agar kehadiran Pasar Ikan Modern Muara Baru dapat membuat pembeli lebih nyaman dalam berbelanja sehingga penjualan dapat meningkat.
“Khan sekarang sudah enak tempatnya,” kata Weri yang telah berdagang selama lima tahun itu.
Meski ratusan penjual membongkar dagangannya secara bersamaan pada petang itu, suasana PIM Muara Baru sama sekali tak terasa kotor. Lampu-lampu berwarna putih terang yang dinyalakan di penghujung senja menyoroti area penjualan, seolah mengobarkan semangat para pedagang.
“Sebentar lagi pembeli akan ramai,” kata salah satu pedagang.
Tujuan wisataSebelumnya, Direktur Utama Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) sebagai pengelola PIM Muara Baru, Risyanto Suanda, berharap agar pasar tersebut dapat menjadi tujuan wisata, baik di bidang bahari maupun untuk wisata kuliner makanan khan nusantara. Fasilitas yang ada di bangunan tiga lantai itu termasuk 894 kios basah dan 155 kios kering, serta area food court.
Selain itu, ada pula penyimpanan dingin (cold storage), ruang pengepakan, Instalasi Pengolahan Limbah, klinik, ATM, ruang pertemuan dan fasilitas masjid.
Di pasar itu, tersedia berbagai jenis hasil laut seperti cumi, sotong, gurita, kerang, udang, serta berbagai macam ikan seperti jambal, cakalang, bandeng, tuna, tongkol dan tenggiri yang dapat dioleh langsung menjadi masakan untuk disantap di food court.
PIM Muara Baru yang baru beroperasi selama tiga bulan ini rencananya akan diperluas secara bertahap. Menteri KKP Susi Pudjiastuti mengatakan nantinya pasar ini akan dua kali lebih besar dari ukurannya sekarang yakni dua hektare.
Para pedagang pun menggantungkan harapan pada pasar baru nan megah ini. Mereka berharap agar PIM Muara Baru dapat membawa peningkatan bagi penjualan dan kesejahteraan mereka.
“Nanti kalau sudah beberapa tahun bisa dievaluasi,” kata penjual, Suhartono.
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019