• Beranda
  • Berita
  • Cuaca 50 derajat jadi tantangan petugas layanan transportasi haji

Cuaca 50 derajat jadi tantangan petugas layanan transportasi haji

27 Juni 2019 11:20 WIB
Cuaca 50 derajat jadi tantangan petugas layanan transportasi haji
Bimbingan teknis kepada para petugas layanan transportasi darat bagi jemaah haji selama di Arab Saudi di Cirebon selama tiga hari yakni 26-28 Juni 2019. (Dok. MCH 2019)

Mental petugas layanan transportasi haji tahun ini harus lebih kuat. Cuaca yang sangat panas, serta jumlah jemaah yang bertambah, menjadi tantangan petugas untuk memberikan layanan terbaik. Apalagi, jumlah petugas sama dengan tahun lalu,

Cuaca panas hingga mencapai 42 sampai 50 derajat celcius akan menjadi tantangan tersendiri bagi para petugas layanan transportasi haji dalam penyelenggaraan haji 1440H/2019 yang bertepatan dengan musim panas.

Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) Sri Ilham Lubis di Jakarta, Kamis, mengatakan suhu udara di Arab Saudi saat ini mencapai 42 derajat dan diperkirakan pada pelaksanaan haji bisa mencapai 50 derajat.

“Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas layanan transportasi haji, utamanya layanan bus shalawat yang mengantar jemaah dari hotel menuju Masjidil Haram, pergi-pulang. Sebab, mereka harus bertugas di titik-titik pemberhentian bus yang tidak dilengkapi tempat berteduh, demi memberikan layanan kepada jemaah,” jelasnya.

Baca juga: Kemenag identifikasi tiga masa paling krusial selama musim haji

Berbeda dengan halte di Jakarta, tempat pemberhentian layanan transportasi di Mekkah hanya berupa bendera Merah Putih.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan 56 halte dan tiga terminal bus shalawat di Makkah.

“Mental petugas layanan transportasi haji tahun ini harus lebih kuat. Cuaca yang sangat panas, serta jumlah jemaah yang bertambah, menjadi tantangan petugas untuk memberikan layanan terbaik. Apalagi, jumlah petugas sama dengan tahun lalu,” terang dia.

“Layanan bus shalawat akan diberikan kepada semua jemaah. Tahun sebelumnya, hanya 91 persen jemaah,” lanjutnya.

Sri Ilham menambahkan, layanan bus ini akan dilakukan selama 24 jam, sehingga jemaah tidak perlu khawatir akan tidak adanya bus.

Hanya saja, untuk menghindari kepadatan, jemaah diimbau untuk berangkat ke Masjidil Haram lebih awal satu sampai dua jam sebelum waktu salat.

“Begitu juga saat akan kembali ke hotel, diharapkan tidak bersamaan, tapi menunggu satu atau dua jam usai salat jemaah,” katanya.

Selain shalawat, jemaah haji Indonesia selama di Arab Saudi juga mendapat layanan transportasi antar kota perhajian (Madinah – Makkah – Jeddah atau Jeddah – Makkah - Madinah) dan masyair (Arafah-Muszdalifah-Mina).

Sebagaimana shalawat, layanan antarkota perhajian dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Sedang layanan transportasi Masyair dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi.

“Sebagai panduan petugas dan jemaah, PPIH Arab Saudi telah menerbitkan Buku Saku Layanan Transportasi,” ujarnya.

Pihaknya memberikan bimbingan teknis kepada para petugas layanan transportasi darat bagi jemaah haji selama di Arab Saudi di Cirebon selama tiga hari yakni 26 hingga 28 Juni 2019.

Kegiatan ini diikuti oleh 100 peserta terdiri dari calon PPIH Arab Saudi bidang transportasi pada daerah kerja (daker) bandara, Madinah, dan Mekkah, petugas angkutan shalawat, serta pegawai Ditjen PHU dan Kankemenag Cirebon.

Baca juga: Kemenag sediakan informasi haji terkini melalui Media Center Haji

Baca juga: Kemenag utus petugas media center atasi berita hoaks soal haji

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019