Rasa jemawa itu membuat timnya tampil berbeda dibandingkan ketika melawan Nigeria, meski kala itu Burundi juga menelan kekalahan, namun perlawanan penting diperlihatkan.
"Jika Anda membandingkan penampilan kami hari ini dengan saat menghadapi Nigeria, sungguh berbeda," kata Fiston dalam komentar purnalaga dilansir laman resmi turnamen.
"Kami tidak mengerahkan kemampuan terbaik, mungkin ada rasa jemawa pertandingan akan berjalan mudah atau kemenangan sudah pasti di tangan," ujarnya menambahkan.
Gol tendangan bebas Marco Ilaimaharitra pada menit ke-76 seolah menyadarkan Burundi, namun waktu yang tersisa tak banyak untuk mengubah keadaan maupun menyamakan kedudukan.
"Kami sangat terlambat menyadarinya, setelah mereka mencetak gol," katanya.
"Jelas ini hasil yang sulit diterima, namun kami harus berani menghadapi laga terakhir nanti," ujar Fiston melengkapi.
Baca juga: Madagaskar torehkan kemenangan perdana di Piala Afrika
Pelatih kepala Burundi, Olivier Niyungeko, menilai bahwa timnya tak patut kalah sebab banyak menciptakan peluang dalam laga kontra Madagaskar.
Meski kecewa dengan kekalahan itu, Niyungeko menegaskan timnya tak boleh putus asa dan harus berjuang memetik kemenangan dalam laga pamungkas kontra Guinea.
"Kami tak boleh putus asa dan harus berjuang terus. Kami akan berjuang dan mengerahkan segenap kemampuan untuk memenangi laga pamungkas melawan Guinea nanti," ujarnya.
Kekalahan itu membuat Burundi melekat di dasar klasemen Grup B dengan situasi nirpoin dalam penampilan debut mereka di putaran final Piala Afrika.
Pasukan Burung Layang-Layang akan meladeni Guinea yang juga membutuhkan kemenangan dalam laga pamungkas di Stadion Al Salam, Kairo, pada Minggu (30/6), demi menjaga asa masing-masing untuk melangkah ke babak 16 besar.
Baca juga: Kegembiraan Madagaskar meluap usai cetak sejarah kemenangan perdana
Baca juga: Bangkit dari ketertinggalan, Kenya tundukkan Tanzania 3-2
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019