• Beranda
  • Berita
  • INDEF: Infrastruktur belum maksimal genjot ekonomi Indonesia

INDEF: Infrastruktur belum maksimal genjot ekonomi Indonesia

28 Juni 2019 22:44 WIB
INDEF: Infrastruktur belum maksimal genjot ekonomi Indonesia
Warga menunggu di halte bus depan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Gladhag Panti Husada jalan Kolonel Sutarto, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Jumat (10/5/2019). Eco JPO tersebut merupakan inovasi teknologi infrastruktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Kementerian PUPR yang didesain ramah terhadap lingkungan dan difabel. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/pd (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

..harus ada evaluasi yang dilakukan pemerintah terhadap infrastruktur yang sudah dibangun sehingga dapat meningkatkan ekonomi Indonesia terutama di periode kedua pemerintahan Joko Widodo..

Peneliti ekonomi INDEF (Institute For Development of Economics and Finance) Enny Sri Hartati mengatakan infrastruktur yang sudah dibangun oleh pemerintah belum maksimal menggenjot pertumbuhan ekonomi.

"Infrastruktur adalah sarana konektivitas, diharapkan meningkatkan nilai investasi. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di level lima persen artinya masih belum berdampak," kata Enny di Jakarta, Jumat.

Enny mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada ditingkat stagnan sebesar 5.07 persen hingga kuartal I 2019, artinya ada yang salah dengan intervensi yang dilakukan pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi ini.

"Bagi sebagian negara G20, pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen sudah cukup besar. Tapi tidak di Indonesia, seharusnya negara sebesar Indonesia setidak memiliki pertumbuhan hingga 7 persen," katanya.

Menurutnya harus ada evaluasi yang dilakukan pemerintah terhadap infrastruktur yang sudah dibangun sehingga dapat meningkatkan ekonomi Indonesia terutama di periode kedua pemerintahan Joko Widodo ini.
Baca juga: Pengamat tekankan perlunya kelanjutan pembangunan infrastruktur

Salah satu evaluasi yang ditegaskan oleh Enny adalah infrastruktur yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan realisasi investasi.

"Misalnya ada investor mendirikan pabrik dan butuh pasokan energi. Sekalipun pabrik sudah didirikan namun jika energinya tidak memiliki harga jual yang bersaing dan terlampau mahal, tentu investor tidak akan menanamkan investasinya," kata Direktur Eksekutif INDEF ini.
Baca juga: Jokowi perlu berpikir lebih sistematis soal pembangunan ekonomi

Selain itu, adanya infrastruktur harus bisa berdampak pada biaya logistik. Semakin baik infrastrukturnya maka biaya logistik akan semakin rendah.

"Sayangnya di Indonesia untuk logistik masih mencapai 26 persen, sehingga masih terhitung tinggi," kata Enny.

Oleh karena itu, Enny berharap jika pemerintah kembali membangun infrastruktur harus memperhitungkan kedua hal tersebut agar menggenjot ekonomi Indonesia melebihi 5 persen.

Baca juga: Anggota DPR ingin skema pembiayaan infrastruktur dicermati
Baca juga: Indef perkirakan infrastruktur masih jadi fokus jika Jokowi menang


 

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019