"Kami mulai membangun sumur wakaf di sana setelah lima hari Lebaran dengan kedalaman 60 meter, dan saat ini sudah dapat dipergunakan oleh warga di Desa Mulya Agung," kata Kepala Cabang ACT Lampung Dian Eka Darma Wahyuni, dalam rilisnya, di Bandarlampung, Sabtu.
Menurut dia, daerah yang dihuni oleh transmigran asal Pulau Jawa dan Bali sejak 1983 ini memang minim air sejak dahulu. Tekstur tanah yang keras jadi penyebab sumur galian yang diandalkan oleh warga setempat tidak mengeluarkan air secara maksimal.
Apabila musim kemarau tiba, kata Dian, warga Desa Mulya Agung akan memanfaatkan air dari sungai untuk keperluan sehari-hari mereka dengan berjalan kaki hingga 13 kilometer untuk mencapainya.
"Maka dari itu, kami berikhtiar untuk membantu warga desa tersebut untuk menyelesaikan masalah air bersih, dengan membangun sumur wakaf," katanya lagi.
Baca juga: Global Zakat-ACT Lampung distribusikan zakat fitrah
Dian mengatakan, saat ini ACT Lampung sedang memaksimalkan tingkat kejernihan air yang sudah keluar tersebut dan pemasangan tangki untuk penampungnya, sehingga ketika sudah benar-benar bagus kualitas airnya, barulah akan dialirkan ke rumah-rumah warga.
Ia juga menyebutkan, selain di Desa Mulya Agung, Global Wakaf-ACT Lampung juga sedang membangun sumur wakaf di titik lain di kecamatan tersebut, yakni Desa Bandar Dalam dan Dusun II.
"Ketiga sumur wakaf di titik tersebut adalah bagian dari usaha kami untuk mengentaskan kekeringan di Kecamatan Negeri Agung, Waykanan, Provinsi Lampung," kata dia pula.
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019