Saat mencari telur penyu dua pekan lalu, tim Pokdarwis Sanggarria tidak sengaja menemukan cangkang atau karapaks penyu hijau (Chelonia mydas) berukuran panjang sekitar satu meter dan lebar 70-an cm tertutup pasir dan dedaunan kering di pinggiran hutan lindung pesisir Pantai Jung Pakis.
"Saat ditemukan, kondisinya setengah terpendam tapi tidak tebal," kata Ketua Pokdarwis Sanggarria Lego Riyanto, Senin
Pada karapaks yang sepertinya sengaja dipendam di pinggir hutan lindung kawasan pesisir Pantai Jung Pakis itu, Lego Riyanto dan rekan-rekannya menemukan bekas sayatan, dan menduga binatang itu merupakan korban pemburu penyu.
"Melihat bekas sayatannya, pelaku ini sepertinya tidak paham betul tata cara menguliti dan menyayat daging penyu," kata Sumarli, anggota Pokdarwis Sanggarria yang menyimpan karapaks penyu untuk dijadikan bukti jejak pembantaian satwa terancam punah.
Beberapa tahun lalu warga juga menemukan satu penyu hijau dewasa yang mati di Pantai Ngalur, tak jauh dari Pantai Sanggar maupun Jung Pakis. Bangkai penyu itu ditemukan dalam kondisi tanpa kaki.
Lego dan anggota Pokdarwis Sanggarria lainnya mengaku tidak tahu siapa yang memburu penyu hijau yang terancam punah tersebut.
Menurut mereka, warga Desa Jengglungharjo sudah menyadari pentingnya konservasi satwa liar dan justru marah jika ada orang yang berburu penyu ataupun telur penyu.
Pokdarwis Sanggarria berupaya melakukan upaya konservasi semampu mereka, antara lain dengan mencari dan mengamankan telur-telur penyu dari pemburu.
Namun Pantai Ngalur, Sanggar, Jung Pakis, dan Pantai Pathuk Gebang yang sering menjadi tempat pendaratan dan tempat bertelur penyu lokasinya cukup jauh dari pemukiman penduduk, sehingga anggota Pokdarwis tidak bisa terus menerus mengawasi populasi penyu di sana.
Baca juga:
Dilema konservasi penyu di Bali
Yogyakarta gencarkan kaderisasi penyelamat penyu
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019