Jalan Jenderal Basuki Rachmat, Jakarta Timur, sedang padat, Selasa ini. Pasar Gembrong yang ada di salah satu ruas jalan itu, dipadati sejumlah orangtua menggandeng anak mereka, yang tengah liburan sekolah, untuk berbelanja mainan.
Pasar mainan anak-anak di situ memang terlanjur kondang. Apa saja mainan anak-anak ada di sana, mulai dari boneka beraneka jenis, bahan, dan ukuran serta tema, hingga mainan yang menggunakan perangkat elektronika semisal mobil radio control, hingga permainan untuk merangsang kecerdasan anak-anak; untuk anak laki-laki ataupun perempuan.
Salah seorang anak Adi, yang kini berada di bangku kelas dua SDr, girang membawa kantong plastik hitam berisi mainan yang tengah dibayar ibunya, Marsidah. "Liburan minta mainan sepeda roda. Lagi musim ini di teman-temannya," kata Marsidah, yang tinggal tidak jauh dari Pasar Gembrong.
Murah harganya, menjadi alasan Marsidah membawa anaknya untuk berbelanja di Pasar Gembrong. "Jauh bedanya sama di mal, (di sini) bisa ditawar lagi," ujar dia.
Baca pula: Beli mainan di Pasar Gembrong "baru" lebih aman
Baca pula: Masyarakat padati Pasar Gembrong
Marsidah membeli sepatu roda untuk anaknya dengan harga Rp150.0000, setelah berhasil menawar dari harga Rp170.000. Tak hanya soal harga, pilihan yang beragam juga menjadi alasan warga untuk berbelanja mainan di Pasar Gembrong.
"Di sini banyak pilihannya juga, jadi anak-anak senang, bisa puas memilih," ujar Aulia.
Sejumlah pedagang yang ditemui di lapak dagangannya mengaku penjualan saat liburan sekolah meningkat dari hari biasa. "Tiga kali lipat dari hari biasa, kalau hari biasa Rp3 juta, liburan ini bisa Rp9 juta sampai Rp10 juta," kata Kadiman, pemilik Toys Afifah.
Namun, dia mengatakan penjualan mainan liburan sekolah tahun ini menurun jika dibandingkan tahun lalu. "Mungkin karena ada isu mau digusur, jadi mungkin sudah enggak ada," ujar Kadiman.
Senada dengan Kadiman, pemilik toko Caca, Aco, mengatakan penjualan meningkat dua kali lipat saat liburan sekolah. "Hari biasa Rp10 juta sampai Rp20 juta, liburan sekolah Rp20 juta sampai Rp 25 juta," kata dia.
Angka penjualan tersebut, menurut Aco, jauh menurun dibanding lima tahun lalu. Penyebabnya, menurut dia, dibangunnya pusat perbelanjaan di lahan kosong yang tak jauh dari Pasar Gembrong.
"Dulu hari biasa bisa Rp20 juta sampai Rp25 juta. Kalau liburan bisa Rp40 juta sampai Rp50 juta," ujar Gembrong. "Mungkin karena lahan kosong yang sudah enggak ada, jadi orang bingung mau parkir di mana, sementara di pinggir jalan enggak boleh," kata dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019