Berdasarkan pantauan dalam beberapa hari terakhir jumlah titik api/panas berfluktasi puluhan hingga ratusan titik, namun cenderung meningkat, kondisi ini menjadi perhatian pihaknya untuk meningkatkan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, kata Kepala BPBD Sumsel Iriansyah di Palembang, Rabu.
Sementara berdasarkan data titik panas dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada Januari-Juni 2019 tercatat 244 titik tersebar di 17 kabupaten/kota, sementara pada tahun sebelumnya dalam kurun waktu yang sama hanya 201 titik.
Titik panas tersebut sebagian besar berada di daerah rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir tercatat 49 titik panas (hotspot), kemudian Muaraenim 37 titik, dan Kabupaten Musi Banyuasin tercatat 35 titik panas.
Jumlah titik panas di wilayah Sumsel diprediksi dalam beberapa bulan ke depan akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Baca juga: Modifikasi cuaca terus dilakukan di Sumsel untuk cegah kebakaran
"Jumalh titik api diprediksi akan lebih banyak lagi karena puncak kemarau diprakirakan BMKG terjadi pada Agustus hingga September 2019," ujarnya.
Uuntuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan atau lahan agar tidak terjadi bencana kabut asap, pihaknya berupaya menambah petugas guna memaksimalkan pengawasan daerah rawan terbakar.
"Untuk memaksimalkan pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, selain menyiagakan kembali 7.649 petugas yang disiagakan pada tahun lalu, dilakukan penambahan 1.500 petugas dari BPBD kabupaten/kota dan TNI/Polri," ujarnya.
Dengan ditambahnya ribuan tenaga baru, diharapkan masalah kebakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan bencana kabut asap yang bisa menimbulkan gangguan berbagai aktivitas serta kesehatan masyarakat dapat diminimalkan.
Baca juga: Jumlah titik panas di Sumsel meningkat drastis
Selain menambah petugas, BPBD Susmel juga berupaya mengaktifkan kembali 756 posko kebakaran hutan dan lahan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan pada tahun lalu.
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat menyebabkan bencana kabut asap, pihak telah melakukan melakukan pemantauan di sejumlah daerah rawan kebakaran sejak Maret 2019.
Pemantauan kawasan hutan dan lahan pada sejumlah daerah yang tergolong rawan terbakar tersebut dilakukan dengan cara patroli darat dan udara menggunakan beberapa unit helikopter, kata Iriansyah.
Baca juga: BNPB: Titik api di Sumsel berkurang drastis
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019