"Beliau bisa menjembatani semua perbedaan sehingga politik identitas itu kalau boleh ditiadakan karena sudah ada Pancasila, artinya tidak ada lagi eksklusifitas antara satu dengan yang lain," katanya dihubungi di Jakarta, Kamis.
Direktur Emrus Corner itu mendorong agar semangat satu Indonesia dan pluralisme bisa digelorakan kepada masyarakat untuk menangkal politik identitas.
Baca juga: Jokowi dan Ma'ruf berpesan masyarakat terus rukun usai pemilu
Ia juga mengharapkan agar Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) nonaktif itu berperan dalam koordinasi kementerian seperti Kementerian Agama, Sosial dan Pendidikan yang berkaitan erat dengan pembangunan masyarakat.
Selain itu, Emrus juga mengharapkan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden 2007-2014 itu melakukan pengembangan ekonomi seluruh umat.
"Pembangunan ekonomi umat berbasis kepada rumah ibadah. Dari situ bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain kesejahteraan iman, juga kesejahteraan ekonomi," katanya.
Sementara itu, pengamat politik Adi Prayitno mengharapkan Kiai Ma'ruf Amin mendorong pengembangan ekonomi seluruh umat bisa dimulai dari kalangan pesantren, sesuai dengan latar belakangnya seorang ulama.
"Ke depan alumni pesantren, sekolah agama, sekolah Islam memang harus kompetitif di dunia kerja. Di satu sisi orientasi akhirat ada, saat bersamaan kebutuhan ekonomi juga harus terpenuhi," katanya.
Pengamat dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu mendorong agar pelatihan dan keterampilan ekonomi juga harus semakin masif dibangun khususnya selama masa pemerintahan Jokowi-Ma'ruf 2019-2024.
Ia juga berharap Ma'ruf Amin mengimbangi kinerja Presiden Terpilih Joko Widodo dalam periode kedua pemerintahannya.
"Kami harap Kiai Ma'ruf mengimbangi kinerja Jokowi yang agresif, nyaris tiada hari tanpa kerja untuk mempercepat revolusi mental," ujar Direktur Parameter Politik Indonesia itu.
Sedangkan, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris mengharapkan Ma'ruf Amin membangun dan menyebarluaskan Islam moderat.
"Sebab kita tahu semua radikalisme Islam mengancam di mana-mana, Timur Tengah juga di Indonesia," katanya.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019