Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat memprakirakan puncak musim kemarau di wilayah DKI Jakarta akan berlangsung pada bulan September 2019, sehingga wilayah Ibu Kota harus bersiap mengatasi kekeringan.Jika kemarau baru berjalan dua bulan sudah ada wilayah yang melaporkan kesulitan air, maka perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah agar melakukan upaya antisipasi kekeringan.
"Kamarau di DKI Jakarta baru berjalan dua bulan (Mei-Juni), masih harus menyelesaikan sampai puncaknya di September," kata Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi kepada ANTARA di Jakarta, Kamis (4/7).
Menurut Ripaldi, jika kemarau baru berjalan dua bulan sudah ada wilayah yang melaporkan kesulitan air, maka perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah agar melakukan upaya antisipasi kekeringan.
Ia mengatakan saat ini sudah ada wilayah di DKI Jakarta yang berstatus siaga kekeringan terutama di Jakarta Utara.
Berdasarkan monitoring Hari tanpa hujan (HTH) dua wilayah di Kota Administrasi Jakarta Utara yang sudah masuk HTH sangat panjang yakni 30 sampai 61 hari.
"HTH di wilayah Jakarta sudah lebih 30-61 hari terjadi di Rawa Badak dan Rorotan," kata Ripaldi.
Baca juga: Kemarau di Sulbar berlangsung hingga Oktober
Ripaldi mengatakan BMKG melakukan monitori HTH setiap hari untuk seluruh wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan 6.607 alat penakar hujan yang tersebar di setiap kecamatan.
Dari hasil monitoring tersebut diketahui, selain dua wilayah tadi yang dikategorikan HTH sangat panjang, wilayah lainnya masuk kriteria HTH panjang yakni 21-30 hari.
Menghadapi kemarau 2019 ini BMKG telah memberikan peringatan dini serta melaporkan informasi cuaca kepada instansi terkait.
Sebelumnya, BMKG juga telah memprediksikan kemarau 2019 di wilayah DKI Jakarta relatif lebih kering, sehingga perlu diwaspadai.
"Antisipasi lebih dini, kemarau masih akan berlangusng sampai September-Oktober," katanya.
Menurut Ripali, antisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bijak dalam penggunaan air bersih, lebih hemat dan cermat. Begitu pula untuk wilayah irigasi, dan tanaman serta kebutuhan air lainnya.
Baca juga: Kekeringan di NTB semakin meluas
Baca juga: Bertambah, jumlah desa kekeringan jadi tiga
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019