Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh Faozal mengatakan pemberitaan mengenai selatan Pulau Lombok menyimpan potensi gempa megathrust berkekuatan 8,5 Magnitudo tidak berpengaruh pada kunjungan wisatawan ke provinsi itu.Tidak ada pengaruhnya, siapa bilang berpengaruh
"Tidak ada pengaruhnya, siapa bilang berpengaruh," ujarnya di Mataram, Jumat.
Menurut dia, pariwisata NTB tetap berjalan seperti biasa, bahkan pihaknya belum mendengar ada wisatawan yang meninggalkan Lombok, karena mendapat informasi tersebut. Namun demikian, Faozal mengaku belum mengetahui angka pasti jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke NTB.
"Biasa aja, belum ada laporan ada wisatawan yang keluar NTB akibat informasi itu," tegas Faozal.
Faozal menegaskan optimistis kunjungan wisatawan ke NTB akan kembali normal terlepas dari prediksi potensi gempa besar di selatan Lombok, termasuk pascabencana gempa bumi yang terjadi pada Juli hingga Agustus 2018.
Baca juga: NTB disarankan bangun contoh destinasi wisata halal
Hal ini lantaran pihaknya sudah melakukan sejumlah upaya sosialisasi terkait kebencanaan. Bahkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, sejumlah kegiatan nasional maupun internasional telah digelar di NTB, seperti Festival Moyo, Festival Tambora, dan Lombok Sumbawa great sale. Termasuk, NTB akan menyongsong pagelaran MotoGP 2021.
Selain itu, turunnya harga tiket pesawat dan dibukanya kembali pendakian Gunung Rinjani oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) diyakini juga turut bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke NTB, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Sebelumnya, Gubernur NTB H Zulkieflimansyah juga sudah meminta masyarakat tidak panik menyikapi pemberitaan kemungkinan potensi gempa berkekuatan 8,5 Magnitudo yang akan terjadi di selatan Lombok.
"Jangan panik dan takut. Orang di Jepang satu hal yang biasa, apalagi kita sedang masuk dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa 2018," tegasnya saat menggelar jumpa pers menyikapi informasi potensi gempa berkekuatan 8,5 magnitudo sampai 9 magnitudo yang akan terjadi selatan Lombok,seperti yang disampaikan Kepala BMKG Mataram Agus Riyanto dan pakar geologi dan kegempaan dari Universitas Brigham Young Univesity, Utah, Amerika Serikat, Prof Ron Harris pada seminar manajemen kebencanaan yang dilaksakan di Universitas Nahdatul Ulama (NU) NTB, Kamis (4/7).
Baca juga: NTB-Uzbekistan kerja sama wisata halal
Baca juga: Gubernur NTB minta warga tak panik sikapi potensi gempa
Doktor Zul panggilan akrab Gubernur NTB, menyatakan jika saat ini NTB sedang bangkit pascagempa beruntun yang terjadi pada akhir Juli hingga Agustus 2018. Termasuk, sektor pariwisata yang sudah mulai membaik dengan ramainya kunjungan wisatawan.
"Saya baru pulang dari Darwin dan Perth, Australia tidak satu pun kursi pesawat AirAsia yang tersisa, saking senangnya orang ke Lombok. Karena itu perlu kita bijak dalam mencerna dan memaknai informasi," jelasnya.
Sementara terkait prediksi yang dikemukakan para ahli dalam sebuah seminar, gubernur menganggap hal tersebut sesuatu hal yang biasa. Karena menurut gubernur potensi bencana besar di mana-mana bisa terjadi.
"Saya kira, kita di NTB ini cukup beruntung karena sudah memiliki pengalaman. Tapi kalau pun ada gempa kita tidak berharap akan sebesar itu dan kita tidak sepanik dengan orang di daerah yang belum merasakan gempa," tegas Doktor Zul.
Gubernur menyatakan salah satu misi Pemprov NTB adalah menjadikan NTB sebagai daerah yang tangguh dan mantap terhadap bencana. Sehingga mitigasi bencana menjadi prioritas nomor satu. Namun demikian untuk menjadikan itu semua dibutuhkan waktu.
"Butuh waktu, tapi seiring waktu pasti bisa. Bahkan, di Indonesia NTB jadi daerah percontohan bagi daerah lain di Indonesia soal mitigasi bencana," katanya.
Baca juga: BMKG : Lombok Selatan simpan potensi gempa 8,5 Magnitudo
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019