Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana di ruang kerjanya, Jumat, mengatakan help desk akan menjadi sarana koordinasi antara warga, lembaga, instansi, serta komunitas yang ingin membantu dropping air bersih ke wilayah terdampak kekeringan.
"Kami akan lebih intens koordinasi dalam arti menampung warga masyarakat, instansi, lembaga, serta komunitas yang akan membantu dropping air bersih. kita akan menentukan kapan perlu diturunkan dan titik mana saja yang akan dibantu supaya sesuai prioritas kebutuhan di tingkat masyarakat," kata Biwara.
Menurut Biwara, hingga saat ini tercatat sebanyak lima kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul dan empat kecamatan di Bantul yang telah mengajukan dan mendapatkan pasokan air bersih.
Ia menyebutkan sebanyak lima kecamatan terdampak kekeringan itu yakni Girisubo, Rongkop, Palihan, Tepus, dan Panggang dengan total 69.899 jiwa atau 19.825 KK. Untuk wilayah itu, BPBD Gunung Kidul telah mengirimkan ratusan tangki air bersih.
"Yang paling parah di Girisubo, sampai akhir Juni sudah 200 tangki meliputi 8 dusun. Kemudian Rongkop 8 dusun sudah 100 tangki dan rata-rata kecamatan yang lain 20 tangki," kata Biwara.
Selain Gunung Kidul, lanjut Biwara, empat kecamatan lainnya tersebar di Kabupaten Bantul meliputi Kecamatan Pleret, Dlingo, Piyungan, dan Pandak dengan total warga terdampak 751 jiwa atau 287 KK. "Sampai kemarin baru 10 tangki air bersih yang sudah di-dropping (ke Bantul)," kata dia.
Di level provinsi, menurut Biwara, Dinas Sosial DIY telah menyiapkan 500 tangki air bersih. Sedangkan BPBD DIY ada tiga armada yang telah disiapkan untuk mengirim bantuan air bersih. "Sampai sekarang 'dropping' air bersih masih bisa ditangani masing-masing kabupaten," kata dia.
Sebelumnya, BMKG Yogyakarta menyebutkan sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta berstatus "Awas" terhadap potensi kekeringan meteorologis.
Sejumlah wilayah yang berstatus Awas adalah Kecamatan Kasihan, Jetis, Imogiri, Pajangan, Pandak, Bantul, Sewon, Banguntapan, Piyungan (Kabupaten Bantul), Tanjungsari, Paliyan, Girisubo, Rongkop, Karangmojo, Ponjong, Wonosari, Saptosari, Semanu, Tepus (Gunungkidul) dan Kecamatan Panjatan di Kulon Progo.
"Status Awas karena telah mengalami lebih dari 61 Hari Tanpa Hujan (HTH) dan prospek peluang curah hujan rendah di bawah 10 milimeter per dasarian," kata Kepala kelompok data dan informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Etik Setyaningrum.
Selain itu, sejumlah daerah di DIY juga ditetapkan berstatus "Siaga" atau telah mengalami lebih 31 HTH dan prospek peluang curah hujan rendah di bawah 10 milimeter per dasarian.
Daerah tersebut, yaitu Kecamatan Pleret, Piyungan, Bambanglipuro, Pundong, Dlingo, Kretek, Kasihan, Sedayu (Bantul), Berbah, Prambanan, Ngemplak, Cangkringan, Seyegan, Moyudan, Minggir, Kalasan, Ngemplak, Pakem, Depok, Gamping, Turi, Godean, Sleman, Ngaglik (Sleman), Kokap, Pengasih, Girimulyo (Kulon Progo), dan Kecamatan Patuk, Purwosari, Ngawen, Nglipar, Playen, Semin (Gunungkidul).
Baca juga: BMKG: sejumlah wilayah di DIY berstatus Awas potensi kekeringan
Baca juga: Anggaran atasi bencana kekeringan di Gunung Kidul dipastikan siap
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019