Waspadai batuk hingga diare saat kemarau

6 Juli 2019 14:54 WIB
Waspadai batuk hingga diare saat kemarau
Sejumlah warga terpaksa mencuci pakaian karena kekurangan air bersih di aliran Sungai Cileungsi, Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Selasa (2/7/2019). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aa
Ada sederet masalah kesehatan yang perlu Anda waspadai saat kemarau tiba dan tindakan pecegahan menjadi hal penting agar Anda tak perlu mengalaminya.

Berikut ulasan singkatnya seperti dirangkum dari berbagai sumber:

Batuk

Seperti dilansir Healthline, batuk merupakan reaksi umum membersihkan mukus tenggorokan atau iritan yang masuk salah satunya melalui udara.

Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Wahyuni Indawati pernah mengatakan, perubahan cuaca, debu, bulu binatang, kapuk dan makanan jadi pencetus batuk.

Pada kasus yang lebih serius, batuk bisa disebabkan infeksi virus influenza pada saluran pernapasan, asma dan penyakit refluks gastroesofagus, yang menyebabkan batuk menetap.

Kondisi ini disebut akut jika berlangsung kurang dari tiga pekan dan berubah menjadi kronis bila terjadi lebih dari delapan minggu, bahkan dicurigai tanda kanker paru.

Perkuat daya tahan tubuh dan sebaiknya hindari faktor pencetus agar tak terkena batuk.

Jika sudah terlanjur terkena batuk, jaga tubuh tetap terhidrasi, tinggikan posisi bantal saat tidur, berkumur menggunakan air hangat plus garam secara rutin untuk meredakan tenggorokan dan tambahkan madu atau jahe pada teh hangat untuk melancarkan saluran napas.

Influenza

Penyakit yang disebabkan virus influenza ini salah satunya bisa menular melalui udara dan bisa menyerang kapan saja termasuk saat kemarau.

Memperkuat daya tahan tubuh, menerapkan perilaku hidup bersih sehat seperti mencuci tangan dan vaksinasi, menjadi cara mencegah terkena influenza.

Influenza tak bisa dianggap sepele karena bisa memicu komplikasi seperti pneumonia dan serangan jantung.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Paparan debu yang cenderung meningkat saat kemarau bisa menyebabkan saluran pernapasan mengalami penyempitan dan produksi lendir meningkat dan peradangan, kata dokter spesialis THT dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, dr Herlina Ida Haryaningsih.

Jika sudah begini, penderita akan sulit bernapas dan terjadilah infeksi saluran pernapasan, salah satunya ISPA.

Sejumlah gejala ISPA yang bisa Anda waspadai antara lain, hidung tersumbat, paru-paru terasa terhambat, batuk, tenggorokan sakit, kerap merasa lelah dan tubuh sakit.

ISPA rentan pada mereka yang daya tahan tubuhnya rendah. Konsumsi buah dan sayur bisa menjadi upaya memperkuat sistem imun.

Pencegahan ISPA juga bisa melalui penggunaan masker untuk mengurangi dampak terhisapnya debu dan menerapkan pola hidup bersih sehat (PHBS) seperti mencuci tangan, makan teratur dan mencuci makanan.

Dehidrasi

Ahli biologi dari George Washington University di Washington, DC, Randall Packer seperti dilansir LiveScience mengatakan, cuaca menjadi salah satu yang menentukan berapa lama seseorang bertahan tanpa air.

Menurut dia, di lingkungan yang sangat panas orang dewasa bisa kehilangan keringat 1-3,2 liter keringat dalam satu jam dan berisiko mengalami dehidrasi.

Gejala dehidrasi antara lain kelelahan, kram kaki atau perut, sembelit, mulut kering, sakit kepala dan bingung.

Ahli kesehatan di Indonesia kebanyakan menyarankan setidaknya minum delapan gelas air putih untuk mencegah dehidrasi.

Namun, ilmuwan nutrisi Dr Matthew Lantz Blaylock menyarankan orang-orang mengonsumsi air hingga 12 gelas per hari, karena iklim tropis di tanah air.

Selain itu, kurangi minuman mengandung banyak gula karena bisa menyebabkan seseorang kehilangan lebih banyak cairan tubuh.

Lalu, sebisa mungkin hindari konsumsi makanan panas dan pedas karena bisa menambah panas ke tubuh.

Diare

Diare bisa menjadi pertanda seseorang mengalami heat stroke dan kepanasan parah (heat exhaustion) akibat cuaca panas.

Agar kondisi ini tak terjadi, gunakan tabir surya, jaga tubuh tetap terhidrasi, hindari minuman mengandung kafein karena bisa membuat Anda kehilangan lebih banyak cairan, seperti dilansir laman WebMD.

Tetapi jika Anda mengalaminya, carilah tempat yang lebih sejuk dan berdiam di sana beberapa saat.

Lalu, minum banyak air untuk mengganti kehilangan garam tubuh. Sementara waktu hindari minuman mengandung kafein karena bisa memperburuk keadaan.

Di sisi lain, ahli kesehatan mengungkapkan, diare saat kemarau juga bisa terjadi karena debu mengandung bakteri, virus menyebar dan masuk pada sumber maupun wadah penampungan air, juga makanan.

Sebaiknya tutup penampungan air dan makanan untuk mengurangi risiko terkena diare.

Baca juga: Rajin cuci tangan dan vaksinasi cegah flu sepanjang musim

Baca juga: Alasan anak-anak mudah terkena flu dan cara mencegahnya

 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019