"Sudah ada 2.070 buah tandon air yang sudah dibagikan. Pengadaannya menggunakan dana desa. Alhamdulillah ini sangat membantu," kata Camat Pulau Hanaut H Eddy Mashami di Sampit, Sabtu.
Pulau Hanaut terletak di selatan atau kawasan pesisir. Kecamatan ini adalah satu dari dua kecamatan yang masih terisolasi jalan darat dari pusat kota Sampit.
Saat musim kemarau, kecamatan yang terdiri 14 desa ini sering dilanda kebakaran lahan, kekeringan dan kesulitan air bersih. Air sungai bisa berasa asin akibat intrusi air laut, sementara sumur menjadi kering dan juga berada asin.
Untuk itulah, solusi yang ditempuh saat ini adalah membagikan bantuan tandon air. Dengan begitu masyarakat bisa menampung cadangan air bersih yang nantinya digunakan saat kemarau, khususnya untuk keperluan minum dan memasak.
Eddy menyebutkan, 2.070 tandon air itu merupakan pengadaan pada 2013, 2017, 2018 dan 2019 yang tersebar di 11 desa. Masih ada tiga desa yang belum melakukan pengadaan tandon air karena menyesuaikan kondisi desa masing-masing.
Bantuan tandon air itu tersebar di Desa Rawa Sari sebanyak 163 buah, Makarti Jaya 230 buah, Hanaut 38 buah, Bamadu 153 buah, Penyaguan 150 buah, Bapinang Hilir 475 buah, Babirah 330 buah, Hantipan 120 buah, Bantian 20 buah, Serambut 41 buah dan Satiruk 350 buah.
Jumlah itu akan terus ditambah karena banyak desa merencanakan kembali melakukan pengadaan tandon air. Seperti Desa Hanaut baru membagikan 38 tandon dari 395 buah tandon yang akan dibagikan kepada warga desa setempat.
"Pengadaan tandon air dilakukan bertahap sesuai kemampuan keuangan desa masing-masing. Kami berharap tandon air itu dapat bermanfaat membantu menghadapi kesulitan air bersih. Masyarakat diminta merawatnya dengan baik agar bisa dipakai dalam jangka waktu lama," harap Eddy.
Sementara itu, saat ini curah hujan di Kotawaringin Timur mulai berkurang. Dampaknya, kebakaran lahan gambut mulai terjadi di beberapa lokasi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit memprediksi kemarau tahun ini sedikit lebih lama dibanding tahun lalu.
Hal itu menjadi pertimbangan pemerintah kabupaten sehingga menaikkan status waspada kebakaran hutan dan lahan menjadi siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan terhitung mulai 3 Juli hingga 30 Oktober mendatang.*
Baca juga: BMKG prediksi kemarau di Kotim tahun ini lebih lama
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019