"Gempa yang terjadi sangat cepat namun getarannya cukup kuat atau sangat terasa," ujar Ulfa (39), warga Kecamatan Kwandang, di Gorontalo Utara.
Ia mengaku cukup kaget dan panik namun tidak sempat keluar kamar sebab getaran gempa terjadi cukup singkat.
Hal yang sama disampaikan Wadi (40) warga Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, yang juga merasakan getaran gempa.
Ia mengaku tidak keluar rumah, sebab getaran gempa terjadi cukup singkat.
Menurut Wadi, dalam sepekan ini, kami merasakan dua kali gempa bumi, namun yang terakhir getaran gempa terasa meski singkat.
Ia mengaku, cukup resah sebab di beragam media sosial menginformasikan jika gempa tersebut berpotensi tsunami.
"Semoga tidak terjadi apa-apa dan biasanya memang kata orang tua, gempa yang berulang menandakan akan terjadi perubahan iklim, misalnya musim panas berkepanjangan. Kita berdoa semoga tidak terjadi bencana yang tidak diinginkan bersama," ujarnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan, peringatan dini tsunami untuk wilayah Malut dan Sulut, pada gempa magnitudo, 7.1, berlokasi di 0.51 lintang utara (LU), 126.18 bujur timur (BT) atau 135 km barat daya Ternate-Malut, di kedalaman 10 kilometer.
Namun, beberapa menit setelah gempa itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Winangun, Kota Manado, Sulawesi Utara Edward H Mengko mengatakan, peringatan dini tsunami telah dibarukan menjadi waspada.
Baca juga: Gempa M 7,1 warga Sulut berhamburan keluar rumah
Baca juga: Warga Gorontalo berhamburan keluar rumah karena gempa 7,1 SR
Baca juga: Peringatan dini tsunami menjadi waspada
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019