AS berhasil mempertahankan gelar juara dunia seusai menundukkan Belanda 2-0 dalam partai final di Stadion Groupama, Lyon, Prancis, Minggu (7/7) setempat.
Cemoohan untuk Infantino ditengarai berkenaan dengan kritik yang dilancarkan kapten timnas putri AS, Megan Rapinoe, terkait tuntutan agar pesepak bola putri dapat bayaran setara dengan para pria.
Sedangkan Macron belakangan popularitasnya terjun bebas di Prancis, walaupun naik 15 persen menjadi 38 persen, menyusul rangkaian gerakan rompi kuning sebuah protes antipemerintah.
Baca juga: Usai antar AS juara, Rapinoe segera lanjutkan tuntutan kesetaraan gaji
Baca juga: Trump selamati keberhasilan AS juarai Piala Dunia Putri
Cemoohan untuk Infantino dan Macron jadi reaksi yang bertolak belakang atas sambutan meriah keberhasilan AS menjuarai Piala Dunia Putri 2019.
Rapinoe akhirnya bersalaman dengan Infantino dan Macron saat menerima medali juara serta trofi Piala Dunia Putri 2019. Namun, kritik yang dilancarkannya terhadap FIFA tentu masih tercatat.
Sehari jelang partai final, Rapinoe menyebut tindakan FIFA membiarkan dua laga final kompetisi lain berlangsung di hari yang sama dengan Piala Dunia Putri 2019 adalah sesatu yang tak bisa dipercaya. Rapinoe memprotes final Copa America 2019 yang digelar di Brasil, serta final Piala Emas 2019 di AS.
Ironisnya, Brasil, Peru, tim putra AS maupun Meksiko tak satupun memprotes mengenai hal itu.
Baca juga: AS pertahankan gelar juara dunia usai tundukkan Belanda 2-0
Baca juga: Daftar juara Piala Dunia Putri, Amerika Serikat tersukses
Baca juga: Investasi, kunci sukses sepak bola putri Belanda di masa depan
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019