Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI)/ Airnav Indonesia berharap pergerakan pesawat lebih banyak beralih ke Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) untuk mengurangi kepadatan di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta.
Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto di Yogyakarta, Senin, mengatakan selain penerbangan sipil, Bandara Adisutjipto juga masih digunakan untuk latihan militer, sehingga diharapkan penerbangan lekas bertambah di YIA yang saat ini baru 10 pergerakan.
“Untuk Adisutjipto ada 188 pergerakan pesawat untuk sipil, untuk militer 120-130an per hari. Yang ada di sini (YIA) baru 10 pergerakan semoga bertahap geser ke sini, jadi trafik berkurang dan slot renggang,” kata Novie di Yogyakarta, Senin.
Novie menjelaskan rapatnya slot di Bandara Adisutjipto Yogyakarta seringkali menimbulkan keterlambatan penerbangan.
“Sehingga keterlambatan-keterlambatan yang terjadi satu mau mendarat dan latihan jadi bisa kita reduksi. Diharapkan nanti trafik menjadi lebih banyak ke sini,” katanya.
Saat ini terdapat 12 penerbangan sehari di Bandara Internasional Yogyakarta dengan dua penerbagan dalam satu jam untuk waktu paling padat (peak hour).
Padahal, alokasi slot yang tersedia untuk 13 penerbangan per jam.
Maskapai yang beroperasi di Bandara Internasional Yogyakarta baru Citilink Indonesia dan Batik Air dengan rute ke Halim Perdanakusuma, Samarinda, Palangka Raya dan Soekarno-Hatta.
Adapun, personel petugas pengendali lalu lintas udara (ATC) di Bandara Internasional Yogyakarta terdapat delapan orang, petugas komunikasi aeronautika tiga orang dan ATS serta teknisi pendukung enam orang.
Novi menambahkan saat ini juga akan ditambah sistem radar menggunakan instrument landing system (ILS).
“Dengan beroperasinya YIA, maka diharapkan dapat menambah frekuensi akses udara melalui Pantai Selatan Jawa yang saat ini sudah ada rute T1 yang dapat dilalui rute dari dari ke Denpasar, sehingga mengurangi kepadatan di jalur Utara Jawa,” kata Novie.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019