Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta telah berhasil mengevakuasi setidaknya 327 sarang tawon ke tempat yang jauh dari permukiman warga selama enam bulan terakhir.Tawon yang ditangani tidak main-main tergolong jenis yang mematikan sehingga harus dilakukan secara hati-hati
"Kami evakuasi agar tidak membahayakan warga," Kepala Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Saepuloh, di Jakarta, Senin.
Kasus sarang tawon relatif tinggi dibandingkan kasus penanganan penyelamatan lain yang menjadi tugas Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta.
Untuk sarang tawon, pada Januari 2019 tercatat 83 kasus, Februari ada 68 kasus, Maret 77 kasus, April sebanyak 40 kasus, Mei 21 kasus, dan Juni ada 38 kasus.
Jenis tawon yang ditangani pun tak main-main, termasuk Vespa Affinis atau Tawon Endhas yang pernah menggemparkan karena menewaskan tujuh orang di Klaten, Jawa Tengah.
Untuk diketahui, jenis tawon ini tergolong mematikan apabila manusia disengat sekaligus dalam jumlah banyak sehingga evakuasi harus dilakukan dengan ekstra hati-hati.
Tak hanya tawon, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI juga menangani evakuasi hewan lainnya, seperti ular, biawak, hingga kucing.
"Kalau tawon ada 327 kasus yang ditangani, untuk penanganan hewan lainnya ada 193 kasus. Misalnya ular, dan binatang buas lainnya," kata Saepuloh.
Kasus penanganan hewan lain juga terbilang tinggi, yakni Januari 2019 sebanyak 29 kasus, Februari 35 kasus, Maret 33 kasus, April 35 kasus, Mei ada 28 kasus, dan 33 kasus pada Juni lalu.
Selain hewan, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI juga menangani pohon tumbang, bangunan runtuh, operasi beda ketinggian, hingga pencarian orang tenggelam.
Hingga periode Juni 2019, pohon tumbang tercatat 71 kasus, bangunan runtuh 14 kasus, beda ketinggian 21 kasus, penyelamatan di air 53 kasus, medis darurat enam kasus, limbah B3 lima kasus, bencana transportasi 74 kasus, dan lima kasus penyelamatan lainnya.
"Operasi beda ketinggian itu, misalnya menyelamatkan orang yang tersangkut di menara sutet atau menolong orang tercebur sumur," kata Saepuloh.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019