"Perlu adanya pemahaman yang utuh tentang PISA, karena selama ini berbicara tentang PISA, ranking kita di bawah Singapura dan Vietnam. Hal itu seakan menebar perasaan pesimistis akan masa depan Indonesia," ujar Mendikbud dalam seminar PISA di Jakarta, Senin.
Sementara Presiden Joko Widodo meminta kita untuk optimistis. Mendikbud tidak menyalahkan media massa yang menyebarluaskan ranking PISA Indonesia, karena memang kenyataannya seperti itu.
Dia juga menjelaskan Singapura hanya memiliki dua juta siswa, sedangkan Indonesia memiliki 51 juta siswa. Penyebaran siswa juga tidak merata. "Singapura negara kota, sedangkan kita negara kepulauan."
Selain itu juga, siswa di Singapura hanya di kota saja. Sementara di Indonesia negara kepulauan dan disparitas luar biasa baik secara parsial maupun struktrual yang terkait dengan kebijakan.
Ke depan, Muhadjir berharap ada strategi yang adil dalam memberikan penilaian capaian dari proses pembelajaran yang tidak dilihat dari hanya skor saja tetapi lainnya seperti pendidikan karakter.
"Organisation for Economic Cooperation and Development’s (OECD) sedang mempertimbangkan penilaian PISA memasukkan poin karakter," jelas Muhadjir.
Ke depan, dia berharap dengan mengetahui kondisi Indonesia ditingkat internasional, bisa mengambil langkah yang tepat untuk pendidikan Indonesia pada masa yang akan datang.*
Baca juga: Kemendikbud : AKSI bukan gantikan UN
Baca juga: ARTIKEL - Stunting dan peringkat PISA Indonesia
Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019