"Kita berharap untuk yang terbaik, tapi Amerika Serikat dan militer sudah siap melindungi kepentingan kita, para personel dan warga negara kita di kawasan itu," kata Pence di depan peserta pertemuan tahunan sebuah organisasi Kristen pro-Israel di Washington.
Pence mengeluarkan pernyataan itu beberapa jam setelah Teheran mengumumkan bahwa Iran telah meningkatkan kadar uranium hasil pengayaan menjadi 4,5 persen. Angka itu melewati batas 3,67 persen yang ditentukan dalam kesepakatan nuklir bersejarah tersebut.
Dalam pidatonya, ia juga menegaskan tekad AS untuk terus melancarkan tekanan terhadap perekonomian Iran, yang menurut dia sudah "tergelincir" karena sanksi berat yang diterapkan AS.
Sikap keras Pence itu juga ditunjukkan oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, yang berbicara pada acara yang sama.
"Kita telah menerapkan tekanan terberat dalam sejarah terhadap rezim Iran, dan kita belum selesai," kata Pompeo.
Satu tahun setelah AS secara sepihak keluar dari kesepakatan nuklir tersebut, Iran menarik diri dari sebagian kesepakatan pada 8 Mei. Iran mengancam akan mengambil langkah lebih jauh jika kepentingannya dalam kesepakatan nuklir itu tidak dijamin.
Iran sebelumnya mengatakan bahwa negara-negara Eropa tidak berhasil menjalankan langkah nyata untuk menjamin kepentingan ekonomi Iran berdasarkan perjanjian tersebut.
Baca juga: AS tidak izinkan warga Iran ambil keuntungan kesepakatan nuklir
Sekitar satu pekan lalu, Iran mengumumkan bahwa timbunan uranium kelas bawah hasil pengayaan telah melebihi 300 kilogram, yang adalah pelanggaran pertama terhadap batas yang ditentukan dalam kesepakatan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Antonio Guterres yakin bahwa tindakan Iran, yang melewati batas yang telah disepakati, tidak akan menguntungkan perjanjian tersebut ataupun perekonomian rakyat Iran, kata wakil juru bicaranya, Senin.
Sumber: Xinhua-OANA
Baca juga: Iran kurangi komitmen kepada perjanjian nuklir 2015
Baca juga: Trump jatuhkan sanksi baru ke Iran, kali ini sasar industri logam
Baca juga: Trump pikirkan sanksi tambahan untuk Iran
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019