"Generasi milenial, khususnya remaja putri sudah sepatutnya mendapatkan akses informasi dan edukasi mengenai stunting dan pencegahannya. Semakin dini remaja mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan memenuhi gizi yang seimbang, semakin besar kemungkinannya di masa depan mereka akan menjadi orang tua yang melahirkan anak bebas dari stunting," kata Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika Wiryanta saat sosialisasi acara itu di Kediri, Jawa Timur, Selasa.
Ia mengatakan, saat ini masih banyak remaja yang tidak memperhatikan kebutuhan gizinya serta menjalankan program diet ketat tanpa memperhatikan asupan gizi. Hingga akhirnya bisa memicu terjadinya kurang darah atau anemia. Penyakit anemia bisa memperburuk kondisi dan jika gizi remaja putri tidak diperbaiki, ke depannya bisa berimbas. Akan banyak calon ibu yang kekurangan energi kronis sehingga memperbesar risiko anak yang dilahirkannya terkena stunting.
Pihaknya mengungkapkan, data dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, angka prevalensi stunting pada balita di Kediri mencapai 35,07 persen. Terdapat 10 kelurahan prioritas yakni Pakelan, Kemasan, Bawang, Singonegaran, Blabak, Bangsal, Dandangan, Bujel, Ketami dan Tinalan.
Kendati Kediri ditemukan banyak, namun jumlah itu bukan yang terbesar. Dirinya mengatakan, di Jatim, kasus stunting yang ditemukan paling banyak adalah di Pulau Madura. Sedangkan di Indonesia berada di bagian timur, misalnya Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ia menegaskan, Presiden juga telah memberikan instruksi untuk percepatan penurunan stunting. Hasil Riskesdas 2013, adalah 37,2 persen dan berhasil diturunkan menjadi 30,8 persen dari hasil Riskesdas 2018.
"Bapak Presiden memprioritaskan, berkomitmen kuat agar percepatan penurunan stunting bisa di bawah 20 persen. Ini sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO yakni 20 persen," kata dia.
Untuk mencapai program penurunan tersebut, tambah dia, Kementerian Komunikasi dan Informatika aktif melakukan sosialisasi Genbest tersebut, dengan menggandeng semua pihak termasuk kaum milenial, agar mereka mengetahui pentingnya menerapkan gaya hidup sehat demi generasi penerus yang sehat.
"Stunting ini kelihatannya tidak merasakan, tapi berdampak kuat, misalnya kekurangan gizi kronis yang menyebabkan secara fisik dan secara intelektual tingkat kecerdasan turun. Jika terjadi, kualitas SDM bisa kurang. Untuk itu, diupayakan pencegahan stutning, bekerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat dengan mengawali perilaku bersih dan sehat (PHBS)," kata dia.
Pihaknya juga sudah membuat aplikasi anak sehat yang bisa diunggah di "plystore". Di dalamnya, terdapat penjelasan tentang kesehatan hingga pencegahan. Dengan itu, diharapkan semakin cepat upaya penurunan percepatan penurunan stunting tersebut.
Dalam acara yang digelar di salah satu hotel wilayah Kota Kediri tersebut, acara diikuti mayoritas para remaja dari berbagai unsur. Selain mendapatkan penjelasan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, mereka juga mendapatkan pemaparan dari petugas dinas kesehatan. (*)
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019