• Beranda
  • Berita
  • Lansia perlu rutin latihan fisik, tapi jangan dipaksa

Lansia perlu rutin latihan fisik, tapi jangan dipaksa

9 Juli 2019 16:14 WIB
Lansia perlu rutin latihan fisik, tapi jangan dipaksa
Ilustrasi seorang pria sedang bersepeda (Shutterstock)
Para orang tua yang sudah berusia lanjut (60 tahun ke atas) tetap harus beraktivitas fisik rutin demi menjaga kebugaran tubuhnya sekaligus fungsi kognitifnya. Namun, hal ini harus mereka lakukan tanpa paksaan.

"Dia harus happy melakukannya. Kalau dipaksa, enggak ada signifikansinya (manfaat untuk kesehatannya)," ujar dokter spesialis saraf Atma Jaya Dr dr Yuda Turana, SpS di Rumah Sakit Atma Jaya, Pluit, Jakarta, Selasa.

Sebaiknya ajak mereka melakukan aktivitas yang menyenangkan dan pilihannya beragam sesuai minat mulai dari jalan kaki hingga jogging.

Para lansia juga dapat melakukan senam khusus untuk lansia maupun aktivitas lain seperti yoga dan tai chi.

Yuda yang juga Dekan Fakultas Kedokteran dan kesehatan UNIKA Atma Jaya itu mengatakan, hal serupa juga berlaku untuk kegiatan yang bermanfaat positif untuk kesehatan otaknya, seperti permainan yang mengutamakan kemampuan berpikir semisal sudoku.

Mereka harus melakukannya tanpa paksaan agar bisa mendulang manfaat.

Biasanya, saat seseorang memasuki masa lanjut usia atau mendekati usia 60 tahun, akan ada berbagai stressor yang hadir, misalnya karena tak lagi memiliki pekerjaan semapan dulu, mungkin tak lagi memiliki pasangan, hidup sendirian atau terpisah dari anak dan merasa sendirian.

Merasa sendirian, lalu terjebak dalam depresi berbahaya karena bisa memicu munculnya demensia.

"Lansia merasa sendirian, hati-hati. Ini faktor (risiko munculnya demensia). Yakinkan dia enggak merasa depresi," kata Yuda.

Demensia, mengutip dari laman Alzheimer Indonesia, menggambarkan serangkaian gejala seperti kehilangan memori, perubahan suasana hati, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah hingga bahasa.

Kondisi ini terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit semisal Alzheimer dan serangkaian stroke.


Baca juga: Berpendidikan lebih tinggi bisa perlambat efek demensia? Ini kata studi

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019