Industri plastik dan karet merupakan dua sektor yang strategis dengan karakteristik yang berbeda
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memacu daya saing industri plastik dan karet karena menjadi kontributor penggerak perekonomian nasional dan merupakan sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
“Industri plastik dan karet merupakan dua sektor yang strategis dengan karakteristik yang berbeda,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Sigit memaparkan keduanya merupakan industri vital dengan ruang lingkup hulu hingga hilir, memiliki variasi produk yang sangat luas, serta selalu dibutuhkan oleh sektor industri lainnya sehingga masih potensial dikembangkan.
Sigit menuturkan selama ini industri plastik dan karet di dalam negeri telah mampu berproduksi dengan kualitas yang baik sesuai standar sehingga mampu bersaing dengan produk impor. Produk dari kedua sektor tersebut juga memiliki tingkat konsumsi yang masih tinggi.
“Aplikasi kedua produk itu sangat luas untuk sektor industri lain, seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetik, elektronik, otomotif, dan industri lainnya. Maka itu, dalam pameran ini, kami pertunjukan kemampuan teknologi yang sudah dikuasai kedua sektor ini,” ungkapnya.
Dalam upaya pengembangan industri karet, lanjut Sigit, pemerintah saat ini mendorong agar sektor tersebut bisa lebih maju lagi dan mampu menyerap bahan baku karet dalam negeri yang melimpah dengan maksimal.
Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi 3,7 juta ton per tahun.
“Untuk itu, Kemenperin gencar mendorong transformasi dan penguatan komoditas karet dengan memperluas produksi karet di hilir,” ujar Sigit.
Kemenperin, tambah Sigit, berupaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet melalui teknologi aspal karet dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna mendorong penggunaan aspal karet di jalan tol seluruh Indonesia.
“Dengan terobosan tersebut, 7 persen dari kebutuhan aspal di dalam negeri sebesar 1,6 juta ton bisa disubstitusi dengan karet alam,” imbuhnya.
Di samping itu, intensifikasi maupun ekstensifikasi ekspor barang karet akan dilakukan dengan menciptakan cabang-cabang industri baru, seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang berpotensi menyerap karet alam dan menghasilkan devisa nasional serta menerapkan teknoligi industri 4.0.
“Untuk mendorong transformasi tersebut, pemerintah telah menyiapkan berbagai macam kebijakan berupa berbagai macam insentif bagi industri,” jelas Sigit.
Baca juga: Kemenperin perlu dorong industri produksi plastik ramah lingkungan
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019