• Beranda
  • Berita
  • Kepala Bappenas: Memindahkan ibu kota bisa belajar dari Brasil

Kepala Bappenas: Memindahkan ibu kota bisa belajar dari Brasil

10 Juli 2019 13:49 WIB
Kepala Bappenas: Memindahkan ibu kota bisa belajar dari Brasil
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro (kiri) menyampaikan paparannya dalam acara Forum Merdeka Barat (FMB)9 dengan tema "Pindah Ibu Kota Negara: Belajar dari Pengalaman Negara Sahabat" di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Rabu (10/7/2019) (ANTARA News/Fathur Rochman)

Pemindahan secara konkret otomatis kita harus belajar dari negara yang sudah melakukannya, Brasil ini sudah berhasil sejak tahun 1980-an.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa Brasil merupakan salah satu negara yang sukses memindahkan ibu kota negara sehingga Indonesia dapat belajar dari negara tersebut.

"Pemindahan secara konkret otomatis kita harus belajar dari negara yang sudah melakukannya, Brasil ini sudah berhasil sejak tahun 1980-an," kata  Bambang dalam acara Forum Merdeka Barat (FMB)9 dengan tema "Pindah Ibu Kota Negara: Belajar dari Pengalaman Negara Sahabat" di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Rabu.

Pada 1960, Presiden Brasil Juscelino Kubitschek membuat keputusan besar dengan memindahkan ibu kota dari Rio de Janeiro ke Brasilia.

Saat itu, pemindahan ibu kota dilakukan dengan tujuan untuk membangun ibu kota modern pada abad 21, serta meningkatkan kesatuan nasional dengan membuka lahan kosong di tengah-tengah Brasilia, sekaligus mengurangi ketimpangan.

Bambang menuturkan pada saat ekonomi bertumbuh di Rio De Janeiro dan Santos, wilayah pedalaman dan Amazon mengalami ketertinggalan dibandingkan wilayah pantai. Upaya pemindahan ibu kota ke wilayah Amazon itu, kata dia, bisa dilihat sebagai upaya pemerataan pembangunan.

Baca juga: Perpindahan ibu kota negara dorong perdagangan antarwilayah

Bambang mengatakan kini Brasilia berkembang tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi menjadi pusat kegiatan ekonomi bagi wilayah sekitarnya. Selain itu, ketimpangan yang terjadi antara wilayah Amazon dan wilayah pantai juga dapat teratasi.

"Untuk itu, kita juga berupaya meratakan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa. Ketimpangan pendapatan dan ekonomi ini yang harus kita atasi, paling tidak, kita dapat mengurangi ketimpangan tersebut,” jelas Bambang.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Brasil untuk Indonesia Rubem Barbosa mengatakan pemindahan ibu kota memiliki sejumlah manfaat, di antaranya adalah pemerataan penduduk dan ekonomi.

"Saat ini Brasilia merupakan kota dengan pendapatan per kapita tertinggi di Brasil. Itu sama sekali tidak direncanakan. Selain itu, sekarang Brasilia juga menjadi tujuan utama migrasi penduduk. Sebagian besar penduduk dari utara, termasuk Rio juga, datang ke Brasilia. Intinya pemerintahan menarik minat banyak sekali orang," ungkap dia.

Dubes Barbosa menjelaskan bahwa ide utama membangun Brasilia sebagai ibu kota negara baru adalah sebagai tanggung jawab pemerintah untuk pemerataan populasi dalam kaitannya dengan memaksimalkan wilayah yang dimiliki negara.

"Berbeda dengan Indonesia, waktu itu kami harus membangun Brasilia dari awal, sekitar 1.200 km dari Rio di mana tidak ada apa-apa di sana pada waktu itu, tidak ada jalan, tidak ada rel kereta, benar-benar operasi besar-besaran yang membutuhkan waktu sekitar 3,5 tahun," ujar Barbosa

"Awalnya untuk mengakomodasi 1 juta penduduk, tapi sekarang sudah 3,3 juta penduduk," sambung dia.
Baca juga: Bappenas estimasi biaya pemindahan ibukota dari APBN Rp30,6 triiliun
 

Pewarta: Fathur Rohman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019