Pemerintah Aceh meminta aparatur desa di sejumlah kabupetan/kota di provinsi tersebut untuk membentuk koperasi desa dan membeli tandan buah segar (TBS) sawit petani yang sedang anjlok harganya agar petani tidak merugi.Rantai perdagangan itu tidak sehat dan kerap merugikan petani. Jika koperasi desa membeli sawit petani lalu menjual langsung ke PKS harganya bisa lebih tinggi
"Harga sawit lokal anjlok karena dampak dari internasional dan kami telah menyarankan Pemerintah Gampong (desa) untuk membentuk koperasi lalu menampung sawit warga agar petani lokal tidak merugi," kata Kepala Distanbun Aceh Hanan di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan, jika aparatur desa membentuk koperasi lalu menampung atau membeli sawit petani lokal maka harganya pun bisa meningkat kerana memutuskan rantai traksaksi yang tidak sehat.
Selama ini kata dia, pengumpul membeli sawit pada petani, lalu dijual ke penampung dan penampung menjual lagi ke pabrik kelapa sawit (PKS).
"Rantai perdagangan itu tidak sehat dan kerap merugikan petani. Jika koperasi desa membeli sawit petani lalu menjual langsung ke PKS harganya bisa lebih tinggi," ungkap dia.
Lebih lanjut ia mengusulkan peran serta pemerintah kabupaten/kota di Aceh untuk mendorong aparatur desa membentuk koperasi agar ekonomi masyarakat di desa khususnya petani bisa lebih baik.
Seorang petani sawit di Gampong (desa) Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya, Mukhtar sebelumnya menyebutkan, harga TBS kelapa sawit di tingkat petani dari, Rp800/kilogram turun menjadi Rp450/Kg.
"Hanya sawit sangat murah sekali, hampir 100 persen turun dan kita berharap pemerintah hadir memberikan solusi terkait turunnya harga sawit di tingkat petani," ujar Mukhtar.
Baca juga: Kementerian Pertanian remajakan 15.259 hektare sawit di Aceh
Baca juga: Pejabat Kedubes Iran: minyak sawit Aceh berpeluang diekspor ke Iran
Baca juga: Peneliti: kerja sama Aceh-Iran perluas pasar minyak kelapa sawit
Pewarta: Irman Yusuf
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019