• Beranda
  • Berita
  • Perusahaan rokok kurangi pembelian, petani tembakau NTB terancam rugi

Perusahaan rokok kurangi pembelian, petani tembakau NTB terancam rugi

10 Juli 2019 19:46 WIB
Perusahaan rokok kurangi pembelian, petani tembakau NTB terancam rugi
Dokumen - Tiga orang buruh perempuan sedang menyortir daun tembakau virginia kering, di Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, NTB. (ANTARA/Awaludin)

Di sinilah pemerintah daerah harus berperan, jangan sampai petani mengalami kerugian yang relatif besar

Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Nusa Tenggara Barat mengkhawatirkan dampak berkurangnya kuota pembelian tembakau virginia oleh perusahaan rokok akan merugikan para petani.

Ketua APTI NTB, Sahminuddin, di Mataram, Rabu mengatakan, pada musim tanam tembakau tahun 2019, permintaan dari perusahaan rokok diperkirakan akan berkurang hingga 12,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Hal itu berdasarkan informasi pengurangan kuota pembelian yang dilakukan oleh perusahaan," katanya.

Sahminuddin merinci informasi yang diperoleh bahwa beberapa perusahaan mitra petani tembakau virginia yang akan melakukan pembelian adalah PT Djarum sebanyak 5.000 ton atau berkurang dibandingkan tahun 2018 sebanyak 6.000 ton.

Selain itu, PT Bentoel akan melakukan pembelian hanya 8.000 ton, sedangkan pada tahun 2018 membeli sebanyak sebanyak 13.000 ton. Selanjutnya, PT Sadhana akan membeli tembakau virginia hanya 1.000 ton. Sementara beberapa perusahaan lainnya belum diketahui apa akan melakukan pembelian atau tidak.

Menurut dia, pada musim tanam tembakau virginia tahun 2019 akan terjadi kelebihan produksi antara 8.000 hingga 9.000 ton. Jika diasumsikan harga rata-rata tembakau virginia Rp42.500 per kilogram, maka total kerugian para petani diperkirakan mencapai ratusan miliar akibat hasil produksinya yang tidak terserap pasar.

"Melihat penawaran lebih besar dari permintaan, maka boleh jadi harga tembakau virginia tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu," ujarnya.

Untuk itu, Sahminuddin berharap pemerintah daerah harus segera mengantisipasi dampak yang muncul pada musim tanam tembakau tahun 2019.

Bila tidak, menurut dia, sejarah kelam petani tembakau pada tahun 2000 dan 2001 akan terulang kembali, di mana para petani melakukan aksi unjuk rasa karena hasil produksinya tidak laku terjual.

"Petani tahunya tanam saja, tapi tidak tahu seperti apa kondisi pasar saat ini. Di sinilah pemerintah daerah harus berperan, jangan sampai petani mengalami kerugian yang relatif besar," katanya.

Pewarta: Awaludin
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019