Tim yang unggul 2-0 atas Belanda pada laga final Piala Dunia 2019 itu menutup perayaannya yang menarik perhatian pemirsa televisi, membuktikan popularitas timnas putri AS yang telah menjuarai kompetisi internasional putri, dan memenangi gelar juara dunia keempat kali.
Namun parade pada Rabu di kawasan perekonomian New York itu bukan hanya sekadar penghargaan atas kemenangan timnas. Pesta tersebut merupakan sorotan atas perjuangan tim menuntut bayaran yang sama dengan rekannya di tim sepakbola putra, yang kemudian meluas pada isu kesetaraan gaji bagi pekerja perempuan.
Ribuan orang rela menekan batas polisi yang terbuat dari logam untuk dapat melihat sekilas para pemain bintang seperti Alex Morgan, Carli Lloyd dan Megan Rapinoe, peraih skor terbanyak dan kapten yang berani bicara blak-blakan, saat mereka melewati peserta parade dalam kendaraan yang terbuka.
“Saya ingin anak perempuan saya mengetahui apa yang dapat dan yang seharusnya wanita lakukan,” kata Gabrielle Blecher, ibu dari anak usia 11 dan 13, yang rela libur dari pekerjaannya di kantor untuk turut bergabung dalam parade.
Olivia Ciampi yang ikut parade bersama ibunya juga setuju tuntutan kesetaraan gaji untuk tim sepakbola wanita hingga saat ini masih buntu dan tidak ada kejelasan.
“Mereka telah bekerja keras dan memenangi banyak kejuaraan, dan mereka pantas mendapatkan gaji yang setara,” katanya.
Pada Maret, keseluruh 28 pemain menuntut Federasi Sepakbola AS dengan tuduhan melakukan diskriminasi gender dan permintaan gaji yang setara dengan rekan pria sesama pesepakbola nasional.
“Kami akan tetap bersama mereka. Gaji yang setara untuk pekerjaan yang sama,” kata Pemerintah New York Andrew Cuomo dalam konferensi persnya saat pembukaan parade, juga telah menandatangani Undang-Undang (UU) soal kesetaraan gaji yang diberikan oleh Badan Pembuat UU New York tahun ini.
Meskipun menghasilkan kontroversi, atmosfer pesta sangat terasa. Aksi damai itu dimeriahkan oleh marching bands dan perempuan-perempuan dalam motor pun turut mengantarkan mobil yang membawa para pemain, pelatih dan staf yang tiba di Broadway menuju City Hall, jalan yang diberi julukan ‘Canyon of Heroes’ atau ‘Tebing Pahlawan’.
Sebagian penonton melambaikan bendera bertuliskan ‘Trump 2020’ dan beberapa yang lain memberikan simbol julukan ‘pembeci Amerika’ kepada Rapinoe sebab ia menolak melipat tangannya di atas dada saat lagu kebangsaan Amerika dinyanyikan di Piala Dunia.
Pada akhir parade, Walikota Bill de Blasion mengajak tim berkeliling kota.
Parade ‘ticker-tape’ merupakan tradisi New York pada abad ke-19. Perhormatan terakhir diberikan kepada Charles Lindbergh setelah penerbangan solonya melewati Atlantik. Kemudian Neil Armstrong dan 11 astronot Apollo setelah menyelesaikan misinya ke bulan, juga Nelson Mandela.
Dalam beberapa dekade terakhir, penghormatan dengan parade ‘ticker tape’ diberikan pada tim kemenangan termasuk tokoh besar Amerika.
Pada Rabu, sekitar satu ton konfeti dari potongan kertas dilemparkan dari 20 kaca gedung - yang menurut Aliansi Penduduk Kota New York dan organisator parade, kegiatan tersebut sudah jarang dilakukan.
Baca juga: Penduduk New York gaungkan kesetaraan gaji sambut timnas putri
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019