Tanjakan terakhir merupakan pendakian sepanjang 7 km dengan gradien rata-rata 8,7 persen yang menurut Thomas adalah jenis tanjakan pendek dan miring, dan diyakininya dapat menguntungkan pebalap lain.
“Pebalap membenci tanjakan semacam itu. Dibutuhkan pebalap yang kuat seperti Egan dan Yatesy (Adam Yates), Riche Porte dan Nairo Quintana dari tim lain,” kata pebalap asal Wales itu kepada wartawan usai balapan etape kelima, Rabu.
Thomas telah kalah dengan selisih waktu lima detik dari pebalap asal Kolombia Bernal ketika ia salah jalan saat menempuh tanjakan jelang finis di etape ketiga.
Namun, itu bukan sebuah sinyal, kata Thomas awal pekan ini.
“Saya pikir kita akan tahu besok,” ucapnya.
“Kita akan lihat bagaimana. Saya tetap akan pergi, memberikan yang terbaik dan berada di puncak,”
“Saya pernah balapan di sana beberapa tahun lalu ketika saya kehilangan jersey kuning, jadi ini adalah sebuah memori yang buruk,” tambahnya.
Sejak Planche des Belles Filles pertama kali dihadirkan pada tour di 2012, pebalap jersey kuning memenangkan balapan di etape selanjutnya, seperti Bradley Wiggins pada 2012, Vincenzo Nibali pada 2014, dan Chris Froome di 2017.
Hingga etape kelima, Thomas menempati peringkat tujuh klasemen umum pebalap dengan selisih 45 detik dari sang pemimpin Prancis Julian Alaphilippe dari tim Deceuninck-Quick-Step.
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019