• Beranda
  • Berita
  • Kementan siapkan bibit padi unggul hadapi kekeringan

Kementan siapkan bibit padi unggul hadapi kekeringan

11 Juli 2019 12:35 WIB
Kementan siapkan bibit padi unggul hadapi kekeringan
Penyuluh pertanian memperlihatkan padi unggulan hasil panen dari bibit inpari 30 di sawah Indrapuri, Aceh Besar, Aceh, Sabtu (30/3/2019). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian menyebutkan bibit padi varietas inpari 30 tahan terhadap genangan atau kekurangan air dan unggul dalam hal produktivitas yang dirata-rata 10 ton gabah per hektare. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj).

salah satu varietas unggul yang sudah disiapkan adalah Inpara (Inbrida Padi Rawa) yang dapat ditanam di lahan rawa lebak, jenis lahan yang produktif saat kemarau

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian menyiapkan varietas bibit unggul sebagai langkah mitigasi agar tidak terjadi penurunan produksi padi akibat kekeringan dan gagal panen atau puso pada musim kemarau ini.

Kepala Balitbang Pertanian Fadjry Djufry mengatakan salah satu varietas unggul yang sudah disiapkan adalah Inpara (Inbrida Padi Rawa) yang dapat ditanam di lahan rawa lebak, jenis lahan yang produktif saat kemarau.

"Kami sudah siapkan Inpara untuk lahan-lahan rawa. Ini sudah berkembang di beberapa lokasi seperti Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan beberapa lokasi yang terendam," kata Fadjry di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, meskipun sejumlah daerah mengalami kekeringan, wilayah yang memiliki lahan rawa dapat mengoptimalkan produksi dengan didukung pemberian bibit unggul.

Selain Inpari, varietas unggul lainnya yang tahan terhadap kekeringan, yakni Inpago (inpari padi gogo), Dering (kedelai tahan kering) dan jagung hibrida.

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto menyarankan petani di lahan kering yang curah hujannya masih cukup, sebaiknya menggunakan varietas padi gogo jika bertanam kembali. Sebelum bertanam dan sesudah dipanen, petani harus mengecek kadar air, apakah masih atau sudah kering.

Pengecekan dapat dilakukan dengan mencabut sisa jerami. Jika mudah dicabut, lahan tersebut masih basah dan layak ditanami padi gogo.

Untuk pertanaman padi di lahan rawa, Gatot mengatakan pemerintah telah membuat proyek percontohan padi rawa, bahkan kini sudah ada yang panen. Hasilnya sudah terlihat. Jika sebelumnya petani menggunakan benih lokal (pertanaman 6 bulan), kini dengan benih Inpara-3 pertanaman padi hanya 3-4 bulan.

"Produktivitasnya juga meningkat. Jika sebelumnya hanya 2,5 ton per ha, kini menjadi 4,58 ton per ha. IP juga naik dari sebelumnya 100 menjadi 200 yang tanam pada Maret, Juli dan Agustus," kata Gatot.

Menurut dia, musim kemarau yang terjadi pada puncaknya Juli-Agustus ini menjadi kesempatan untuk mengoptimalisasi lahan rawa yang dapat produktif di tengah kekeringan.

Daerah lahan rawa lebak seperti di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung, Riau, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat dapat dioptimalkan untuk meningkatkan luas tambah tanam (LTT).

Berdasarkan data Ditjen Tanaman Pangan, wilayah potensi lahan kering yang masih terdapat air sekitar 2,3 juta hektare (ha) berada di 152 kabupaten di 14 provinsi. Provinsi tersebut yaitu, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, potensi lahan rawa seluas 675.000 ha berada di 31 kabupaten di 6 Provinsi, yakni, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan.

Baca juga: Kementan sebutkan 100 kabupaten/kota terdampak kekeringan
Baca juga: 29.913 hektare sawah di Jawa Barat terdampak kekeringan
Baca juga: Kementan sebut sawah puso tidak kurangi stok beras nasional

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019